Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dalam penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 12 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 30 poin dilevel Rp 15.417 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.430.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.360- Rp. 15.440," ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis (28/12/2023).
Menurut Ibrahim indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang rivalnya, jatuh ke level terendah baru dalam lima bulan di 100,76. Indeks ini berada di jalur penurunan sebesar 2,6 persen tahun ini, menghentikan kenaikan kuat selama dua tahun berturut-turut.
Baca juga: Sore Ini Pergerakan Rupiah Ditutup Menguat di Level Rp 15.430 per Dolar AS
"Fokus investor tetap tertuju pada waktu penurunan suku bunga Federal Reserve, dengan pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 88 persen pada bulan Maret 2024, menurut alat CME FedWatch. Kontrak berjangka menyiratkan lebih dari 150 basis poin pelonggaran The Fed tahun depan," tambahnya.
Namun beberapa analis masih tidak yakin bank sentral AS akan bertindak begitu agresif. Dan dipercayai bahwa perubahan kebijakan menuju pelonggaran pada bulan Maret terlalu dini dan ada potensi kenaikan dolar jika dan ketika tindakan tersebut tidak terwujud.
Sedangkan dari dalam negeri, para ekonom begitu optimis tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024, bahkan bisa mencapai 5,2 persen. Namun, ada juga ekonom yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2024 ada potensi terjadi stagnasi,bahkan mungkin sedikit melambat walaupun tidak besar.
"Faktor utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perlambatan ekonomi global. Hal tersebut terlihat dari melemahnya permintaan ekspor Indonesia, terutama dari China, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, sehingga ekonomi tidak bertumbuh tinggi," imbuh Ibrahim
Selain itu, faktor domestik yang memengaruhi ialah daya beli masyarakat Indonesia yang melemah, yang juga menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi.
Walaupun pemerintah menyiapkan bantuan sosial untuk masyarakat untuk menjaga daya beli, nilai bansos yang diberikan kepada masyarakat itu tidak cukup untuk meningkatkan daya beli.
Baca juga: Temuan Dana Kampanye Dari Pertambangan Ilegal Jumlahnya Triliunan Rupiah
Oleh karena itu,ada beberapa kebijakan yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5 persen pada tahun depan.
Pertama, pemerintah perlu memperkuat ekonomi domestik dengan mengurangi impor dan meningkatkan ekspor ke negara-negara yang pertumbuhan ekonominya masih bagus.
Kedua, pemerintah perlu meningkatkan daya beli masyarakat melalui efektivitas bantuan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan penyediaan fasilitas pendukung. Ketiga, adanya momentum tahun politik pada 2024, pemerintah bisa memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas lima persen.
"Momentum ini harus dikawal agar nantinya terjadi perbaikan di perekonomian Indonesia agar lebih baik lagi," kata Ibrahim.