Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Konflik Laut Merah yang kian memanas tak hanya memicu lonjakan tarif angkutan laut, namun juga mengerek biaya pengiriman kargo via udara.
Situasi ini terjadi akibat arus perdagangan global yang semakin terganggu, pasca milisi Houthi Yaman melancarkan serangan ke sejumlah kapal dagang yang melintas di kawasan Laut Merah..
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes atas agresi Israel di Gaza, Palestina.
Baca juga: Serangan Houthi Meningkat, Pelayaran Kapal Kargo Hindari Jalur Laut Merah Memutar ke Selatan Afrika
Namun imbas dari serangan itu, ratusan kapal dagang internasional harus mengalihkan rute pelayaran dari Laut merah ke Tanjung Harapan yang berada di selatan Afrika demi menghindari tembakan rudal Houthi.
Sayangnya pengalihan rute ke Tanjung Harapan Afrika memberikan dampak negatif bagi para pasar global, seperti terjadinya lonjakan biaya pengiriman kargo via laut sebesar 10.000 dolar AS per kontainer.
Tak hanya itu, perubahan rute juga membuat waktu pengiriman kargo mengalami penundaan hingga berminggu – minggu lamanya. Alasan ini yang mendorong perusahaan Amerika dan Eropa untuk mengalihkan pengiriman barang melalui udara demi mencegah terjadinya krisis dan gangguan pada rantai pasokan.
“Penundaan perdagangan maritim mendorong beberapa pengecer untuk beralih ke angkutan udara yang dapat memangkas waktu pengiriman menjadi beberapa hari dibandingkan dengan angkutan laut yang memakan waktu berminggu-minggu,” kata Matthew Burgess, wakil presiden layanan kelautan global di CH Robinson.
Raksasa pengiriman logistik asal Jerman, DHL mengungkap bahwa perusahaannya saat ini tengah mengalami lonjakan pengiriman hingga DHL harus menambah sejumlah armada agar dapat melayani semua pengiriman.
Belum diketahui sampai kapan situasi seperti ini akan terus terjadi, namun apabila pengiriman barang via udara yang terus mengalami lonjakan maka hal itu berpotensi menyeret tarif angkutan udara dalam dua hingga minggu kedepan.
Baca juga: Tak Mempan Digertak Amerika, Houthi Kembali Serang Kapal Kargo MSC UNITED di Laut Merah
Inflasi Menghantui
Analis di Independent Economics dan mantan kepala ekonom di Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) John Llewellyn mengatakan konflik di kawasan itu menjadi gangguan serius terhadap perdagangan dunia sebesar 30 persen naik dari 10 persen pada pekan lalu.
Hal itu tentunya akan mendorong kenaikan inflasi di sejumlah negara. Jika hal ini terjadi, bank sentral mungkin harus menghentikan langkahnya, menggagalkan ekspektasi pasar akan kebijakan moneter yang lebih longgar.