Jika dilihat dari harga baja dan kaca di tahun 2024, diprediksi akan selalu fluktuatif. Sehingga, penjualan emiten bahan baku infrastruktur tetap akan bergantung dari jumlah permintaan.
Terkait ekspor, prospeknya akan dipengaruhi oleh ekonomi politik global saat ini. Sebab, produk-produk baja yang dihasilkan China saat ini masih belum bisa masuk ke pasar negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Australia. Hal itu karena ada trade barriers yang diterapkan negara-negara tersebut.
Kondisi itu, kata Nafan, bisa dimanfaatkan oleh emiten bahan baku infrastruktur, khususnya baja, di dalam negeri untuk memasuki pasar negara-negara tersebut. Namun, kinerja mereka sendiri saat ini tercatat masih belum impresif.
”Menjaga efisiensi bisnis juga diperlukan untuk mempertahankan stabilitas performa perusahaan,” katanya.
Nafan pun merekomendasikan hold saham GGRP, ISSP, MLIA, dan KRAS, dengan target harga masing-masing Rp 434 per saham, Rp 314 per saham, Rp 440 per saham, dan Rp 160 per saham.
Sementara, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan sell on strength saham ISSP dengan pergerakan di level support di Rp 290 per saham dan resistance di Rp 312 per saham. Herditya juga merekomendasikan speculative buy untuk saham KRAS target harga di Rp 168 - Rp 176 per saham. (Pulina Nitrakanti)