Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM,TEL AVIV – Ketegangan di Laut Merah yang kian memanas akibat aksi saling serang yang dilakukan Amerika dengan milisi Houtihi telah membuat sejumlah raksasa pelayaran global termasuk Hapag-Lloyd untuk putar otak mencari rute layar baru.
Lewat pengumuman terbarunya perusahaan kapal Hapag-Lloyd menyatakan bahwa pihaknya akan terus mengarahkan kapalnya untuk melakukan pengiriman kargo ke pelabuhan Dubai yang kemudian dilanjut dengan koridor darat melalui jalur Arab Saudi.
Baca juga: AS Bantah Kapal Ocean Jazz Diserang Houthi, Diduga Memuat Senjata Untuk Israel
“Sampai serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah mereda, kami memutuskan untuk memperkenalkan koridor darat melalui Arab Saudi untuk memitigasi dampaknya terhadap bisnisnya,” jelas juru bicara Hapag-Lloyd dikutip dari Reuters.
“Begitu situasi berubah dan aman kembali, kami akan mengarahkan kapal kami melalui Laut Merah dan Terusan Suez,” imbuhnya.
Perusahaan asal Jerman itu mengatakan perubahan jalur baru merupakan sebuah inovasi yang dimaksudkan untuk menghemat biaya pengiriman kargo, selain itu perubahan rute juga dapat memangkas waktu pengiriman untuk mencapai Israel daripada harus memutari Tanjung Harapan yang berada di Benua Afrika.
“Tujuan kami adalah memberikan (pelanggan) solusi darurat yang nyaman untuk mengatasi penutupan tak terduga ini sampai situasi di Laut Merah kembali normal,” kata Hapag-Lloyd.
Tak tanggung – tanggung untuk memastikan pengiriman kargo dapat berjalan dengan maksimal di tengah konflik panas Laut Merah, Hapag-Lloyd akan mengoptimalkan 55 pelabuhan dan 53 terminal darat di kawasan Timur Tengah.
Ketegangan Laut Merah Mengancam Pasar Global
Ketegangan di Laut Merah pertama kali terjadi sejak November tahun lalu, tepatnya pasca Israel melakukan agresi ke Hamas hingga menyebabkan korban tewas di Gaza melonjak mencapai 25.000 ribuan jiwa.
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes terhadap agresi Israel di Gaza, Palestina.
Baca juga: Hindari Houthi di Laut Merah, Kapal Israel Cari Jalan Lewat Arab Saudi dan Yordania
Namun imbas dari serangan itu, sejumlah eksportir mulai mengalami ancaman krisis pasokan bahan baku hingga berujung pada anjloknya pendapatan para eksportir. Ini karena serangan Houthi memaksa kapal – kapal global untuk putar balik ke Semenanjung Harapan demi menghindari Laut Merah.
Alhasil pengiriman barang menjadi lebih lama dari biasanya, selain itu dampak dari perubahan rute telah juga memicu pembengkakan biaya bahan bakar hingga 1 juta untuk setiap perjalanan pulang pergi antara Asia dan Eropa utara.
Alasan tersebut yang mendorong biaya pengiriman barang naik hingga 100 persen, misalnya untuk tarif pengiriman barang Asia-Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 4.000 dolar AS per kontainer berukuran 40 kaki.
Lonjakan harga juga terjadi pada pengiriman barang rute Asia-Mediterania yang naik menjadi 5.175 dolar AS per kontainer. Sementara menurut Freightos, sebuah platform pemesanan dan pembayaran untuk angkutan internasional per awal tahun 2024, tarif pengiriman dari Asia ke Pantai Timur Amerika Utara naik 55 persen menjadi 3.900 dolar AS per kontainer berukuran 40 kaki.
Apabila perubahan jalur terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, ini dapat memicu peningkatan inflasi, kenaikan biaya logistik laut berpengaruh pada pembentukan harga pangan dan energi baik di tingkat produsen maupun konsumen.