Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi konstitusi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Defiyan Cori menyebut program Electrifying Agriculture (EA) sebagai inovasi untuk transisi energi yang berkeadilan.
Sebab, program yang dijalankan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) ini tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tapi juga perekonomian.
Di satu sisi para petani disuguhkan opsi lain selain menggunakan BBM atau solar, tapi juga listrik.
"Kita apresiasi inovasi ini karena telah memberikan multiplier effect yang sangat nyata sekaligus berkeadilan. Operasional petani yang tadinya hanya bergantung pada Bahan Bakar Minyak (BBM) atau solar, kini punya opsi lain yaitu listrik," kata Defiyan kepada wartawan, Selasa (30/1/2024).
Ia menilai secara bertahap energi listrik akan dihasilkan oleh pembangkit yang bersumber dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT), sehingga lebih ramah lingkungan ketimbang BBM yang bersumber dari energi fosil.
"Dari sini kita menyadari, bahkan petani pun bisa berkontribusi langsung dalam mewujudkan transisi energi melalui program ini. Dengan hanya beralih dari menggunakan BBM menjadi menggunakan listrik," terangnya.
Menurut Defiyan, penggunaan listrik yang merambah sektor pertanian akan berdampak positif terhadap perekonomian. Sebab operasional petani bisa lebih hemat karena biaya listrik jauh lebih murah ketimbang BBM.
Sementara secara makro, produktivitas pertanian dapat meningkat lantaran ketersediaan listrik yang mudah diakses dengan pasokan lebih memadai.
Ia pun merinci, hingga akhir 2023, program EA ini telah digeluti oleh lebih dari 240 ribu individu yang tersebar di seluruh tanah air. Angka tersebut meningkat sekitar 25 persen jika dibandingkan tahun 2022, yakni sekitar 193.000 orang.
Produktivitas masyarakat yang menggeluti EA juga tercermin melalui peningkatan penggunaan listriknya. Pada akhir 2023, penggunaan listrik khusus untuk EA mencapai lebih dari 5 TerraWatt hour (TWh) atau meningkat sekitar 9 persen jika dibandingkan dengan akhir periode 2022 yang sebesar 4,66 TWh.
Baca juga: Program Electrifying Agriculture PLN Tekan Biaya Petani Bawang Merah Bantul Hingga 90 Persen
"Secara mikro, operasional petani akan jadi lebih hemat karena biaya listrik jelas lebih murah dari BBM. Secara makro, produktivitas pertanian bakal meningkat karena ketersediaan listrik lebih mudah diakses dan pasokannya sangat memadai," katanya.