TRIBUNNEWS.COM -- Penyerangan kapal-kapal di Laut Merah, membuat penghasilan Mesir dari Terusan Suez boncos.
Setelah militan Houthi giat melakukan serangan kapal-kapal yang terkait dengan Israel, penghasilan Mesir dari Terusan Suez pada Januari 2024 anjlok hampir setengah.
Perusahaan-perusahaan pelayaran besar kini menghindari jalur laut tersebut dan memilih menempuh jalur lebih panjang dan mahal, melalui Afrika.
Baca juga: Lawan Logika AS dan Barat, PM Malaysia: Masalahnya Bukan Houthi Tapi Agresi Militer Israel di Gaza
Pada Januari 2024 lalu, pendapatannya sekitar 428 juta dolar AS atau Rp 6,716 triliun (kurs 15.692/dolar AS).
Padahal pada periode sama tahun 2023, Mesir menangguk penghasilan hampir dua kali lipat yaitu 804 juta dolar AS atau Rp 12,616 triliun.
Kepala Otoritas Terusan Suez Osama Rabie dikutip dari Al Arabiya mengatakan kapal yang melewati kanal turun 36 persen.
Ini menjadi masalah baru Mesir yang sudah bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.
Masalah perang Israel-Hamas juga menghantui perdagangan dan pariwisata negara di utara Afrika tersebut.
Militan Houthi yang didukung Iran di Yaman, yang mulai menyerang kapal dagang sebagai respons terhadap konflik di Gaza, tidak menunjukkan henti bahkan setelah AS dan sekutunya memulai serangan udara pada 12 Januari untuk menghalangi mereka.
Terusan Suez, jalur laut terpendek antara Asia dan Eropa, merupakan sumber mata uang asing yang penting bagi Mesir dan menghasilkan pendapatan sebesar 10,25 miliar dolar AS atau Rp 156,925 triliun pada tahun 2023.
Sebelum terjadinya kekerasan, hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan termasuk A.P. Moller - Maersk A/S dan Hapag-Lloyd AG harus menanggung kerugian.
Baca juga: Rudal Balistik Houthi Serang Kota Pelabuhan Eilat, Israel Cegat dengan Sistem Pertahanan Udara Arrow
Mereka mengalihkan, negara tersebut telah berupaya memperluas jalur laut.
Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.
“Ini pertama kalinya Terusan Suez terlibat dalam krisis seperti ini,” kata Rabie.
“Dulu kami merasa setiap bulan lebih baik dari sebelumnya dan setiap tahun lebih baik dari sebelumnya.”
Mesir sedang mendekati kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang mungkin akan melipatgandakan paket penyelamatan senilai 3 miliar dolar AS Rp 48 triliun saat ini dan mendatangkan mitra lain.