Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong melihat investor tidak ingin mengambil risiko untuk menanamkan modalnya di tengah ketidakpastian situasi politik.
Menurutnya, pemungutan suara pemilu pilpres 2024 cukup memberikan rasa kekhawatiran pelaku pasar.
“Idealnya memang untuk investor di aset berisiko akan cenderung wait and see dulu sampai pilpres,” kata Lukman kepada Tribun Network, Selasa (6/2/2024).
Baca juga: Dekat dengan Kawasan Puncak, Investasi Lahan Wisata di Cipanas Menggeliat
Lukman melihat investor khawatir apabila terjadi perpecahan dan ketidakstabilan politik menjelang Pilpres 2024.
Selain sentimen internal di sisi eksternal, mata uang rupiah masih akan tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Dolar AS yang kembali menguat menjadi tekanan bagi rupiah,” urainya.
Chief Economist PT Mandiri Sekuritas Rangga Cipta memproyeksi dana asing masuk atau capital inflow bakal menyentuh angka 10 miliar dolar AS sepanjang tahun 2024.
Rangga memperkirakan capital inflow mulai masuk ke Indonesia di kisaran kuartal II dan kuartal III selepas Pilpres 2024
Masuknya dana asing sejalan dengan penurunan suku bunga acuan bank sentral AS The Fed.
“Kami lihat market akan bergerak berdasarkan ekspektasi, dan biasanya sebelum actual cutnya The Fed ada sinyal pemangkasan yang datang lebih dulu,” kata Rangga.
Baca juga: Volkswagen Berencana Tambah Investasi di Brasil 1,8 Miliar Dolar AS
Mandiri Sekuritas memperkirakan inflasi dalam negeri pada 2024 tetap stabil di sekitar 3,2 persen dan suku bunga Bank Indonesia (BI) turun sebesar 75 bsis poin ke 5,25 persen.
Selain itu nilai tukar rupiah diperkirakan menguat ke level Rp14.900 secara rata-rata, tetapi masih dipengaruhi volatilitas ekonomi global di kuartal I-2024.
”Kami tetap optimis akan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di tahun Pemilu 2024,” tukas Rangga.
Dia melihat Pemilu memberikan berdampak positif bagi ekonomi nasional terutama kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Namun demikian, beberapa hal seperti sikap menunggu hasil Pemilu dari para investor dan volatilitas ekonomi global perlu diwaspadai.