Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Harga konsumen China merosot dalam sepanjang gelombang krisis keuangan dunia.
Penurunan yang mengarah ke deflasi kali ini menjadi yang terbesar sejak puncak krisis keuangan global pada tahun 2009.
National Bureau of Statistics (NBS) atau Biro Statistik Nasional menjabarkan Indeks Harga Konsumen (CPI) di negara tersebut turun sebesar 0,8 persen pada Januari dibandingkan tahun lalu.
CPI merupakan ukuran perubahan harga barang dan jasa yang dibeli untuk dikonsumsi oleh rumah tangga perkotaan.
Baca juga: Indeks Konsumen Jepang Naik 1,4 Poin Menjadi 39,2 Poin, Ekonomi Mulai Membaik
Penurunan ini merupakan penurunan tertajam bagi indeks sejak September 2009 dan menandai penurunan selama empat bulan berturut-turut.
NBS bersama beberapa ekonom, mengaitkan penurunan tajam ini terjadi saat harga-harga sangat tinggi karena permintaan pada hari libur.
"Tahun Baru Imlek jatuh pada bulan Februari tahun ini dibandingkan dengan akhir Januari tahun lalu, sehingga menyebabkan distorsi pada basis," kata Ekonom HSBC dalam catatan penelitiannya, dikutip dari Edition CNN, Kamis (8/2/2024).
Pada tahun 2023, Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 21-27 Januari di daratan Tiongkok, yang mengakibatkan peningkatan CPI sebesar 2,1 persen pada bulan tersebut.
Para ekonom mengatakan lemahnya permintaan konsumen pada bulan Januari 2024 juga membebani harga.
Harga pangan khususnya merupakan hambatan besar pada indeks bulan lalu.
Harga daging babi, makanan pokok masyarakat Tiongkok, anjlok 17,3 persen dibandingkan tahun lalu, menandai penurunan terbesar di antara semua jenis barang konsumsi. Harga sayuran turun hampir 12 persen.
Kepala Ekonom Greater China ING Economics Lynn Song, mengatakan harga konsumen kemungkinan akan meningkat mulai bulan Februari dan seterusnya.
"Efek dasar membuat data bulan Januari terlihat lebih buruk dari yang sebenarnya. Data sekuensial memberikan gambaran yang lebih optimis," jelas Song.
Dibandingkan bulan Desember, CPI sebenarnya naik 0,3 persen di bulan Januari, naik selama dua bulan berturut-turut.
Hambatan yang disebabkan oleh harga daging babi juga akan berkurang dalam beberapa bulan mendatang, karena permintaan pada hari libur dapat menaikkan harga daging, menurut Song.
"Mempertimbangkan efek dasar yang lebih menguntungkan dari data bulan Februari, kami melihat kemungkinan besar bahwa data bulan Januari dapat menandai titik terendah inflasi (tahun-ke-tahun) dalam siklus saat ini," imbuhnya.