Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui pasokan minyak goreng curah tengah berkurang di pasaran.
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim, saat ini realisasi kewajiban pasokan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) tengah menurun.
DMO merupakan syarat yang pelaku usaha harus penuhi sebelum mengekspor minyak goreng. Pengusaha diwajibkan mengalokasikan terlebih dahulu untuk dalam negeri, baru bisa mengekspor.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Curah Terus Meroket, Mendag Zulkifli Hasan: Tidak Dapat Dihindari
Penurunan DMO ini disebabkan oleh terjadinya pelemahan permintaan di luar negeri, sehingga terjadi penurunan angka DMO.
"Namun, secara keseluruhan stok di pasar minyak goreng dalam jumlah sangat mencukupi," katanya dalam acara dialog publik bertajuk "Memastikan Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Pangan Jelang dan Pasca Lebaran 2024" di Jakarta Selatan, Rabu (27/3/2024).
Pada bulan ini, per 1-21 Maret 2024, target DMO 300 ribu ton baru terealisasi 28,7 persen atau sebesar 85.797 ton.
Adapun realisasi DMO minyak goreng pada Februari 2024 terendah selama diberlakukannya kebijakan DMO minyak goreng rakyat. Pada bulan tersebut, dari 300 ribu ton, hanya terkumpul 123.536 ton atau sebesar 41,2 persen.
Isy mengatakan, DMO lebih banyak disalurkan dalam bentuk curah sekitar 60 persen, sisanya 40 persen dalam bentuk kemasan minyak goreng Minyakita.
"Dengan adanya penurunan DMO ini memang terlihat ada sedikit mulai berkurangnya pasokan ke pasar terkait dengan minyak goreng DMO," ujarnya.
Meski demikian, Isy mengatakan bahwa masyarakat masih bisa mendapat minyak goreng premium, walaupun harganya dinilai masih kurang terjangkau.
Baca juga: Harga Pangan Kian Mencekik Jelang Ramadhan, Beras, Minyak Goreng, Telur, dan Gula Naik di Atas HET
Untuk mengatasi itu, ia menyebut masyarakat bisa membeli minyak goreng premium "second brand". Jadi maksudnya, para produsen minyak goreng premium ini juga memproduksi minyak goreng premium dengan harga lebih murah dan warga bisa membeli minyak goreng tersebut.
"Kalau Tropical produksi dari BKP, Bina Karya Prima, di bawahnya ada second brand merek Fitri. Harganya berselisih antara Minyakita dan premium. Jadi, masyarakat masih ada pilihan menggunakan minyak itu apabila di pasar ada kekurangan," tutur Isy.
Kemudian, menurut pengamatan pihaknya, apabila DMO sebanyak 300 ribu ton tidak terpenuhi, hal itu tidak menjadi masalah lantaran masih jauh dari konsumsi per kapita secara nasional.