News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nilai Tukar Rupiah

Kurs Rupiah Melemah ke Rp16.208 Per Dolar AS, Ini Sentimen Pemicunya

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.208 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.188 per dolar AS di pasar spot, Jumat (26/4/2024).

Indeks dolar AS juga melemah 0,02 persen menuju posisi 105,57 pada perdagangan hari ini.

Mata uang di kawasan Asia mayoritas dibuka melemah di antaranya won Korea minus 0,02 persen, ringgit Malaysia turun 0,05 persen, dan yuan China minus 0,08 persen.

Baca juga: Sehari Usai Kenaikan BI Rate, IHSG dan Rupiah Kompak Ditutup Jeblok

Sedangkan peso Filipina turun 0,11 persen serta rupee India turun 0,01 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp. 16.150 - Rp.16.220 per dolar AS.

Ibrahim menuturkan bahwa perubahan arah kebijakan moneter AS dan memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa membuat dinamika ekonomi keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian yang meningkat.

“Tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan (high for longer) sejalan pula dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System,” ungkapnya.

Akibatnya, investor global memindahkan portfolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emasz

Hal ini menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar.

“Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara berkembang,​ termasuk di Indonesia,” tukas Ibrahim.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini