Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI mencatat, kinerja Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) mencatatkan surplus Rp 8,1 triliun atau setara 0,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Maret atau pada kuartal I 2024.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTa, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2024).
"Posisi total dari APBN kita masih surplus 8,1 triliun atau 0,04 persen dari GDP. Dari sisi keseimbangan primer surplus Rp 122,1 triliun," kata Sri Mulyani.
Baca juga: On Track, Menkeu Sri Mulyani Tegaskan Penerimaan Bea Cukai Capai 17,6 Persen dari Target APBN
Bendahara negara merincikan, realisasi pendapatan negara hingga akhir Maret sebanyak Rp 620,01 triliun atau setara 22,1 persen dari target atau turun 4,1 persen secara tahunan (year on year/YoY).
"Ada penurunan 4,1 persen seperti diketahui bahwa tahun 2022, 2023 growth dari penerimaan negara sangat tinggi. Jadi walaupun kita memahami akan ada koreksi kita tetap hati-hati. Jadi dalam hal ini penurunan 4,1 persen YoY," tutur Sri Mulyani.
Kemudian dilihat dari sisi belanja, pemerintah telah membelanjakan Rp 611,9 triliun atau setara 18,4 persen dari pagu anggaran. Sri Mulyani bilang, pendorong utama belanja negara yaitu adanya kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) yang berlangsung pada Februari 2024 lalu.
Baca juga: Alasan Menkeu Sri Mulyani Anggarkan Dana Perlinsos ke Kemensos Rp 75,6 Triliun
"Jadi kalau penerimaan negara kita mengumpulkan 22,1 persen dari target, belanja 18,4 persen dalam 1 kuartal ini. Dan kalau kita lihat belanja kuartal pertama ini Januari sampai Maret, 18 persen kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya," ucap dia.
"Ini berarti ada belanja-belanja yang cukup front loading seperti penyelenggaraan Pemilu," sambungnya.