TRIBUNNEWS.COM, - Manajemen PT Sepatu Bata Tbk (BATA) telah bulat memutuskan penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, setelah menderita kerugian selama empat tahun.
Pabrik tersebut efektif berhenti beroperasi pada Selasa (30/5/2024), di mana hal ini tertuang dalam keputusan direksi Bata sebulan sebelumnya dan disetujui dewan komisaris perseroan.
"Keputusan untuk menghentikan aktivitas produksi Pabrik PT Sepatu Bata Tbk yang berada di Purwakarta berdasarkan Keputusan Direksi tanggal 30 April 2024 yang sebelumnya telah disetujui berdasarkan persetujuan dari Keputusan Dewan Komisaris tanggal 29 April 2024," kata Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (6/5/2024).
Perusahaan sepatu yang sudah beroperasi ratusan tahun atau sejak era Kolonial Belanda di Indonesia ini mengaku sudah melakukan berbagai usaha agar pabrik di Purwakarta tetap bertahan.
Baca juga: Bangkrut, Benarkah Sepatu Bata Merek Asli Indonesia? Ini Faktanya
"PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," ungkap Hatta.
Secara spesifik, ia menyebut, model-model sepatu dan produk alas kaki lain yang diproduksi dari fasilitas produksi Purwakarta sudah mengalami permintaan penurunan di pasar.
"Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun," beber Hatta.
"Dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," tambah dia.
Dalam laporan keuangan BATA, perseroan membukukan penjualan neto sebesar Rp 609,61 miliar pada 2023 atau lebih rendah 5,26 persen year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 643,45 miliar.
BATA mengalami peningkatan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 79,65 persen YoY menjadi Rp 190,29 miliar pada 2023, dari tahun sebelumnya yaitu Rp 105,92 miliar.
Sikap Pemerintah
Menyikapi penutupan pabrik Bata, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengunjungi pabrik sepatu bata (BATA) di Purwakarta, Jawa Barat pada Minggu (5/5/2024).
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Kris Sasono Ngudi Wibowo.
"Tim IKFT masih mendalami dan ke lokasi pagi ini (Minggu 6 Mei 2024)," kata Kris Sasono saat dihubungi Tribunnews.
Sayangnya, Kris Sasono enggan menjelaskan lebih rinci menyoal peninjauan tersebut.
Sejarah BATA
Seperti apa sejarah dari perusahaan yang didirikan oleh pengusaha asal Ceko bernama Tomas Bata tersebut?
Tomas Bata sendiri merupakan pria kelahiran 3 April 1876. Tomas meninggal dunia saat berusia 56 tahun, tepatnya pada 12 Juli 1932. Dia merupakan seorang pengusaha Ceko dan pendiri perusahaan sepatu Bata.
Berdasarkan laman resmi Bata, perusahaan sepatu tersebut didirikan oleh keluarga Bata. Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia atas nama dua bersaudara Tomas, Anna dan Antonin Bata (1894).
Keluarga ini memiliki sejarah panjang dalam pembuatan sepatu, yang berlangsung selama delapan generasi dan lebih dari tiga ratus tahun. Warisan ini membantu meningkatkan popularitas perusahaan barunya dengan sangat cepat.
Pada tahun 1904, Tomas melakukan perjalanan ke Lynn, saat itu pusat produksi alas kaki dunia. Dia bekerja di jalur perakitan dan belajar tentang mesinnya, seperti mesin laster otomatis Matzeliger.
Baca juga: Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Cabut Status PKPU Produsen Sepatu Bata
Dia mulai melakukan mekanisasi produksinya sekembalinya dan memperkenalkan jalur perakitan di Zlín pada tahun 1927. Dengan produksi modern dan ritel jarak jauh, Tomas memodernisasi industri pembuatan sepatu. Sejak awal, perusahaan berkembang pesat dalam produksi dan keuntungannya meningkat.
Karirnya terhenti ketika ia meninggal dalam kecelakaan pesawat akibat cuaca buruk. Tomas meninggal dalam kecelakaan pesawat (Junkers J13 D1608) pada tahun 1932 di dekat bandara Zlín ketika mencoba terbang ke Möhlin di Swiss dalam perjalanan bisnis dalam kondisi cuaca buruk karena kabut lokal yang tebal.
Usahanya diteruskan oleh sang putra, yakni Thomas J. Bata. Thomas J. membangun kembali dan memperluas produksi sepatu atas nama perusahaan setelah pindah ke Kanada pada tahun 1939.
Sekilas Tentang Bata di Indonesia
Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini sudah menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu.
Di Indonesia pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT Sepatu Bata, Tbk. Pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun 1939. Namun, disebutkan bahwa nama sepatu telah terukir di Indonesia sejak tahun 1931.
"Pada masa tersebut, Bata melakukan kerjasama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok. Enam tahun kemudian, Tomas Bata mendirikan pabrik Sepatu ditengah perkebunan karet di area Kalibata, beralamat di Jl. Kalibata Raya Jakarta Selatan. Selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai tahun 1940," tulis informasi perusahaan, dikutip Minggu (5/5/2024).
Di tahun 1982, PT.Sepatu Bata, TBK terdaftar di Jakarta Stock Exchange pada tanggal 24 Maret. Pada tahun 1994, konstruksi pabrik Sepatu di Purwakarta telah rampung. Sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri.
"Bata telah mengoperasikan rantai ritel 435 toko di seluruh negeri, yang terdiri dari Family and City Stores," tambahnya.
Pabrik di Purwakarta Tutup
Sebelumnya, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) menutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat. Baru-baru ini, muncul video yang diunggah di platform Twitter (X) oleh akun bernama @never_alonely yabg menggambarkan suasana penutupan pabrik BATA di Purwakarta, Jawa Barat.
Dalam cuitannya, akun tersebut menyampaikan bahwa pabrik BATA di Purwakarta telah berhenti berproduksi pada 30 April 2024 dan manajemen BATA mengungkapkan ke publik pada Jumat (3/5) lalu. Alasan penutupan pabrik ini adalah berkurangnya permintaan produk seiring persaingan ketat dan pergeseran selera konsumen.
Dalam video tersebut, tampak ratusan pekerja pabrik BATA berjalan meninggalkan area pabrik. Sayup-sayup terdengar salah satu pekerja mengatakan, "Selamat tinggal, Sepatu Bata".
Pabrik Ban Tutup
Pada awal tahun ini, masyarakat pun dikejutkan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) pabrik ban.
Ketua Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPL FSPMI) Kabupaten/Kota Bekasi, Sarino menyampaikan, bahwa 1.500 karyawan terkena PHK dampak dari produsen ban di Cikarang, PT Hung-A Indonesia ditutup operasionalnya pada Februari 2024.
Sarino merespon peristiwa viral video PHK oleh PT Hung-A Indonesia. Berdasarkan informasi Sarino, penutupan akan dilakukan pada bulan depan.
"Iya, 1.500-an di PHK," ujar Sarino saat dihubungi Tribunnews, Rabu (17/1/2024).
Sarino menerangkan, karyawan sudah dirumahkan sejak kemarin, Selasa (16/1/2024). Sedangkan, saat itu proses negosiasi sedang dilakukan antara pekerja dan perusahaan.
Diketahui, kata Sarino, perusahaan bakal pindah ke Vietnam. Pihak perusahaan beralasan produk dari PT Hung-A dianggap kalah saing.
"Perusahaan tutup karena akan pindah ke Vietnam," tambahnya.
Berdasarkan video viral, yang didapat Tribunnews, pihak perusahaan mengumumkan kepada selurh karyawan di area pabrik PT Hung-A.
Terlihat seorang pria mengatakan, bahwa perusahaan akan ditutup pada 1 Februari 2024. Sehingga seluruh operasional perusahaan akan ditutup.
"Sesuai dengan surat keputusan direksi nanti yang akan ditempelkan," ucap pria dalam video, dikutip Rabu (17/1/2024).