Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,53 persen pada April 2024 disebabkan oleh tekanan di pasar global.
"Bulan April 2024 dengan indeks harga saham gabungan terkoreksi 0,53 persen year to date ke level 7234,2 atau melemah 0,75 persen month to date. Nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 12.077 triliun atau naik 3,45 persen serta bukukan net buy 7,95 T year to date," kata Inarno dalam Konferensi Pers secara virtual, Senin (13/5/2024).
Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Berikut Alasannya
Sedangkan di pasar obligasi, indeks Indonesia Composite Bond Index (ICBI) juga melemah 0,33 persen secara year to date ke level 373,40. Investor non residen mencatatkan net sale Rp 1,41 triliun year to date di pasar obligasi korporasi.
"Sementara itu pada industri pengelolaan investasi nilai Asset Under Management (AUM) industri pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp810,28 triliun turun sebesar 1,75 persen ytd dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp479,74 triliun turun 4,33 persen ytd dan tercatat net redemption sebesar Rp56,18 triliun April 2024," jelasnya.
Adapun pada penghimpunan dana pasar modal atau fund raising masih mencatatkan tren yang positif dengan nilai penawaran umum sebesar Rp 77,64 triliun dengan 17 emiten baru dan 138 pipeline penawaran umum.
Selain itu, penggalangan dana di securities crowd funding, dana yang telah dihimpun mencapai Rp 1,11 triliun dengan 17 penyelenggara dan 259 penerbit.
Sementara bursa karbon, hingga April 2024 tercatat 57 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 572.000 ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp 35,31 miliar.
Baca juga: OJK Cabut Izin BPRS Saka Dana Mulia di Kabupaten Kudus
"Tentunya ke depan potensi bursa karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.708 pendaftar yang tercatat di sistem registrasi nasional, pengendalian perubahan iklim atau sering kita sebut SRNPI dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan," tegas Inarno.