TRIBUNNEWS.COM -- Uni Eropa sedang memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia sebagai hukuman telah menginvasi Ukraina.
Salah satu sanksi tersebut adalah tidak mengimpor energi dari negaranya Vladimir Putin.
Namun pada kenyataannya, sejumlah negara anggota UE tetap mendapat pasokan dari Rusia.
Baca juga: Meski Ada Embargo dari AS, Ekspor Minyak Iran Mencapai Level Tertinggi dalam Lima Tahun Terakhir
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) dan Pusat Studi Demokrasi (CSD) mengungkap, sejumlah negara UE mendapat pasokan minyak Rusia melalui perantara negara lain.
CREA dan CSD menuding Turki berada di balik keuntungan besar Rusia dengan memanfaatkan celah dalam sanksi.
Media Barat, Politico memberitakan bahwa minyak Rusia mengalir ke UE melalui Türki dalam jumlah yang cukup besar.
Analis energi senior CSD mengatakan Türki telah menjadi persinggahan strategis bagi produk bahan bakar Rusia yang dialihkan ke UE, sehingga menghasilkan pendapatan pajak ratusan juta untuk Kremlin.
Media tersebut mengungkap, dari Februari 2023 hingga Februari 2024, Türki meningkatkan pembeliannya dari Rusia sebesar 105 persen dibandingkan 12 bulan sebelumnya.
Pada periode yang sama, ekspor bahan bakar Turki ke UE melonjak sebesar 107 persen.
“Itu tidak berarti setiap kargo bahan bakar yang tiba di UE dari Turki berasal dari Rusia. Turki memiliki kilang yang dapat memproses hampir 1 juta barel minyak mentah per hari. Dan perusahaan-perusahaan Turki juga kemungkinan akan menjual kembali sejumlah bahan bakar non-Rusia ke UE,” kata laporan itu.
Baca juga: Arab Saudi Ketok Palu, Setujui Kesepakatan OPEC+ Pangkas Ekspor Minyak hingga 2024
Secara keseluruhan, skema pengiriman bahan bakar Rusia ke UE terkait dengan adanya celah dalam sanksi. Meskipun terdapat pembatasan, terdapat izin untuk mengimpor bahan bakar “campuran” ke UE jika bahan bakar tersebut diberi label non-Rusia.
Menurut penelitian, skema ini menghasilkan 3 miliar euro bagi Moskow hanya dari tiga pelabuhan (Ceyhan, Marmara Ereglisi, dan Mersin) dalam 12 bulan setelah UE melarang bahan bakar Rusia pada Februari 2023.
Misalnya saja, pelabuhan Ceyhan di bagian tenggara memiliki koneksi jalan raya dan kereta api yang terbatas ke kilang minyak, sehingga tidak mempunyai sarana untuk menerima pengiriman bahan bakar dalam jumlah besar selain kapal tanker yang berlabuh di terminalnya.
Dari Februari 2023 hingga 2024, pelabuhan tersebut menerima sekitar 22 juta barel bahan bakar, 92 persen di antaranya berasal dari Rusia, tiga kali lipat jumlah yang diimpor dari Moskow pada tahun sebelumnya. Pada periode yang sama, 85 persen ekspor bahan bakar dari pelabuhan ditujukan ke UE.
Situasi serupa terjadi di pelabuhan barat Marmara Ereglisi dan pelabuhan selatan Mersin.
Kedua pelabuhan tersebut menunjukkan lonjakan impor tahunan yang serupa dari Rusia – dua kali lipat di Marmara Ereğlisi dan tiga kali lipat di Mersin – bertepatan dengan lonjakan ekspor ke UE.
Otoritas bea cukai di Yunani, salah satu importir terbesar bahan bakar tersebut, telah menyatakan bahwa mereka melakukan "kontrol yang tepat baik pada tahap perizinan bea cukai maupun setelahnya" dan bahwa "sampai saat ini, tidak ada pelanggaran yang terdeteksi".
Namun, publikasi tersebut menjelaskan bahwa dalam praktiknya, sebuah dokumen yang menunjukkan asal muasal, yang disebut "sertifikat asal", diverifikasi.
Mengimpor bahan bakar dengan dokumen Rusia sebagian besar merupakan tindakan ilegal menurut hukum UE, namun sekadar mengganti merek pengiriman lama Turki dengan sertifikat Turki yang baru bukanlah tindakan yang melanggar hukum.