"Tingginya utang dipadukan dengan kekhawatiran akan inflasi mengurangi keyakinan investor dan mendorong terjadinya depresiasi mata uang," kata Kar Yong Ang.
4. Persediaan uang
Meningkatnya persediaan uang mendorong inflasi, sementara mengurangi persediaan uang membantu mengendalikan tekanan inflasi.
Kata Kar Yong Ang inflasi memiliki berbagai pengaruh berbeda pada kelas aset. Misalnya, saham dapat berkinerja baik selama periode inflasi jika perusahaan menaikkan harga untuk mengimbangi biaya yang meningkat.
Namun, investasi berpenghasilan tetap seperti obligasi dapat mengalami kerugian karena pembayaran bunga tetap real menjadi kurang bernilai. Real estate dan komoditas sangat baik sebagai nilai lindung terhadap inflasi karena nilainya cenderung meningkat seiring dengan harga.
"Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi. Hal ini karena barang dan jasa di negara berinflasi rendah menjadi relatif lebih murah sehingga meningkatkan minat akan mata uangnya," kata Kar Yong Ang.
Dari sudut pandang trading, jika menurut Anda inflasi suatu negara akan lebih rendah dari negara lainnya, Anda dapat membeli mata uang negara dengan inflasi yang lebih rendah. Dengan demikian, ketika tingkat inflasi berbeda, Anda bisa trading mata uang dan berpotensi menghasilkan profit dari selisih nilai.
Selain itu, data inflasi memberikan petunjuk mengenai apa yang selanjutnya mungkin akan dilakukan bank sentral dengan tingkat suku bunga. Saat inflasi tinggi, bank sentral sering kali menaikkan suku bunga untuk memperlambat pengeluaran dan investasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi.
Sebaliknya, selama periode inflasi rendah atau deflasi, bank sentral biasanya menurunkan suku bunga untuk menstimulasi pinjaman dan pengeluaran.
Trader bisa memanfaatkan informasi inflasi?
1. Tingkat suku bunga tinggi merugikan saham
Saat tingkat suku bunga meningkat, biaya pinjaman bisnis juga meningkat sehingga mengurangi profitabilitas. Misalnya, jika perusahaan memiliki pinjaman atau obligasi dengan tingkat suku bunga yang berbeda-beda, pembayaran bunganya akan meningkat dan berpotensi menurunkan penghasilan.
"Selain itu, tingkat suku bunga yang tinggi dapat menghalangi pelanggan untuk meminjam sehingga mengurangi pengeluaran pelanggan dan menurunkan aktivitas bisnis. Selama kejutan inflasi 2022–2023, saham mengalami volatilitas besar saat investor bereaksi terhadap perubahan tingkat suku bunga dan ekspektasi inflasi," kata Kar Yong Ang.
2. Obligasi kehilangan nilai
Karena obligasi yang baru dikeluarkan dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, obligasi yang sudah ada dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah menjadi lebih menarik bagi investor. Oleh sebab itu, nilai pasar obligasi yang sudah ada akan menurun dan menyebabkan kejatuhan harga obligasi. Misalnya, jika seorang investor memegang obligasi dengan tingkat suku bunga tetap 3 persen dan obligasi baru dikeluarkan dengan tingkat suku bunga 5 persen, investor itu dapat menjual obligasinya dengan diskon untuk mengimbangi keuntungan lebih tinggi yang ditawarkan oleh obligasi baru.
3. Peningkatan suku bunga memperkuat mata uang
Saat bank sentral menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, bank sentral menarik minat investor asing yang mencari keuntungan lebih tinggi. Minat yang lebih besar terhadap mata uang negara tersebut akan meningkatkan nilainya. Misalnya, jika Federal Reserve AS meningkatkan suku bunga, investor akan membeli lebih banyak dolar AS, yang akan memperkuat dolar terhadap mata uang lainnya.
4. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi menurunkan permintaan akan komoditas
Kenaikan suku bunga menurunkan aktivitas perekonomian secara keseluruhan, tetapi beberapa komoditas seperti minyak dan gas berperan sebagai lindung nilai dari inflasi. Selama periode inflasi tinggi, investor dapat mengalokasikan lebih banyak modal pada komoditas sebagai penyimpanan nilai. Misalnya, selama kejutan inflasi 2022–2023, harga minyak dan gas mengalami peningkatan tinggi karena investor ingin melindungi aset mereka dari tekanan inflasi.