Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta Pemerintah jangan terburu-buru menaikkan harga jual BBM bersubsidi atau Pertalite menyusul melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Mulyanto minta Pemerintah sebaiknya fokus mencari solusi pelemahan nilai tukar rupiah tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat kecil.
Dia menilai masih banyak upaya yang dapat dilakukan Pemerintah untuk menjaga stabilitas APBN tanpa menaikan harga jual BBM bersubsidi.
"Pemerintah jangan cari kesempatan dari pelemahan nilai tukar rupiah ini untuk menaikan harga BBM bersubsidi. Karena indikator objektif lain dalam pembentukan harga jual BBM bersubsidi masih positif," ujar Mulyanto saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (28/6/2024).
Baca juga: Kata Menteri ESDM soal Potensi Kenaikan Harga BBM di Bulan Juli: Tunggu Koordinasi dengan Kemenkeu
Mulyanto menjelaskan saat ini tren harga minyak mentah dunia cukup stabil di kisaran harga 81 dolar AS per barel. Padahal di awal Oktober 2023 mencapsi USD 90 per barel.
Sementara itu asumsi makro ICP tahun 2024 sebesar 82 dolar AS per barel. Dengan demikian harga minyak dunia yang ada masih di bawah asumsi makro ICP.
"Kami maklumi bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini terjadi dapat mempengaruhi harga jual BBM bersubsidi," tegas Mulyanto.
Mulyanto mengatakan, Pemerintah jangan menggampang-gampangkan masalah. Misal, ketika nilai tukar rupiah anjlok maka langsung terpikir menaikan harga BBM bersubsidi.
"Karena kebijakan ini akan menyebabkan inflasi yang membuat kondisi ekonomi kian terpuruk," terang Mulyanto.