Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024 semester I mengalami defisit sebesar Rp 77,3 triliun atau setara 0,34 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurutnya, nilai defisit ini masih dalam batas yang wajar. Sebab dia bilang defisit APBN 2024 dirancang sebesar Rp 522,8 triliun.
"Total postur dari APBN 2024 semester 1 adalah defisit Rp 77,3 triliun ini artinya tahun lalu semester 1 masih surplus Rp 152,3 triliun, tahun ini semester 1 kita sudah mengalami defisit Rp 77,3 triliun," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (8/7/2024).
"Namun apabila kita lihat dari postur APBN keseluruhan 2024, di mana desain dari APBN 2024 adalah defisit mencapai Rp 522,8 triliun maka realisasi defisit Rp 77,3 triliun masih di dalam range yang ada di dalam APBN kita," imbuhnya menegaskan.
Bendahara negara itu menjelaskan, total pendapatan negara pada semester I 2024 ini sebesar Rp 1.320,7 triliun atau 47,1 persen dari target sebesar Rp 2.802,3 triliun.
Sri Mulyani bilang, komponen pendapatan negara dari sisi perpajakan sebesar Rp 893,8 triliun atau 44,9 persen dari target Rp 1.989,9 triliun. Penerimaan pajak mengalami penurunan 7,9 persen jika dibandingkan tahun lalu Rp 970,2 triliun.
"Dari sisi kepabeanan dan cukai Rp 134,2 triliun sudah kita kumpulkan di semester 1 atau ini 41,8 persen dari target 321 triliun. Kepabeanan dan cukai mengalami juga kontraksi meskipun tipis sebesar 0,9 persen dibandingkan penerimaan tahun lalu semester 1 Rp 135,4 triliun," jelasnya.
Sedangkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di semester I ini mencapai Rp 288,4 triliun. Jumlah ini juga mengalami kontraksi 4,5 persen dibandingkan PNBP tahun 2023 sebesar Rp 302,1 triliun.
Baca juga: Kemenkeu: Kinerja APBN 2024 Per Januari 7,7 Persen dari Target
"Jadi seluruh komponen penerimaan perpajakan dan PNBP semuanya mengalami kontraksi. Sehingga total pendapatan negara dalam hal ini mencapai Rp 1320,7 triliun atau terkontraksi 6,2 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 1407,9 triliun," ungkapnya.
Realisasi belanja negara di semeter I ini mencapai Rp 1.398 triliun atau 42 persen dari total anggaran belanja negara Rp 3.325,1 triliun.
Sri Mulyani bilang, jumlah ini menunjukkan pertumbuhan belanja yang cukup tinggi sebesar 11,3 persen.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: APBN 2024 April Surplus Rp 75,7 Triliun
Sri Mulyani bilang, belanja pemerintah pusat menunjukkan kenaikan yang cukup besar Rp 997,9 triliun atau 40,4 persen dari total alokasi belanja pemerintah pusat yang sudah dianggarkan di APBN.
Sedangkan belanja non KL mencapai Rp 510,6 triliun ini juga tumbuh 7,6 persen dibandingkan belanja non KL tahun lalu yang pada tingkat Rp 474, 4 triliun.
Sementara dari pos belanja ke daerah, sudah direalisasi transfer Rp 400,1 triliun dari anggaran Rp 857,6 triliun atau 46,7 persen dari pos anggaran transfer.
"Dengan adanya kenaikan belanja baik pada belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan keseluruhan belanja negara yang tumbuh 11,5 persen, maka posisi semester 1 keseimbangan primer masih positif surplus Rp 162,7 triliun," jelasnya.