TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 462 hamparan panel surya memenuhi bagian atap (rooftop) gedung Pasar Gedhe, Klaten, Jawa Tengah.
Kehadiran alat penangkap sinar matahari itu tak lain untuk menyokong sebagian kebutuhan listrik di Pasar Gedhe.
Ya, setelah direnovasi selama dua tahun dan beroperasi kembali pada Agustus 2023, Pasar Gedhe kini dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Adanya PLTS menjadikan Pasar Gedhe sebagai bangunan yang telah menerapkan konsep green building atau bangunan gedung hijau (BGH).
Selain itu, Pasar Gedhe juga menjadi pasar tradisional pertama di Indonesia yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi alternatif.
Teknisi Pasar Gedhe, Minarso mengatakan, setiap panel surya menghasilkan listrik 450 Wp.
"Sehingga total produksi listrik dari PLTS atap sebanyak 207,9 KWp dan menyuplai sekira 30-40 persen dari kebutuhan listrik sehari-hari Pasar Gedhe. Kekurangannya masih ditopang listrik dari PLN," ujarnya, Kamis (8/8/2024).
Minarso mengungkapkan, sumber energi alternatif dari sinar matahari itu dapat dipakai sejak pukul 05.00 WIB hingga 19.00 WIB.
"Dari sejak langit mulai biru, energi listrik PLTS sudah bisa dipakai meski penyerapannya belum seoptimal seperti pada saat siang hari," beber Minarso.
Barulah pada pukul 19.00 WIB hingga keesokan harinya, sumber energi listrik yang dipakai berasal dari PLN.
Ia juga mengatakan, energi listrik dari PLTS atap di Pasar Gedhe, stabil sekalipun di tengah cuaca mendung atau hujan.
Baca juga: Ada PLTS Berkapasitas 10 MW, Upacara HUT Kemerdekaan RI Ke-78 di IKN 100 Persen Pakai Energi Hijau
"Beberapa waktu yang lalu kan sempat hujan, mendung, ternyata suplai listrik dari PLTS masih bisa dipakai," kata dia.
Cara Kerja PLTS Pasar Gedhe
Tribunnews.com pun sempat diajak untuk menengok langsung ladang panel surya yang memenuhi atap di dua gedung Pasar Gedhe.
Akses menuju rooftop seluas 1.002 m2 itu dapat ditempuh dengan menaiki tangga di lantai 3 setiap gedung.