Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengkhawatirkan bakal banyak Industri Kecil Menengah (IKM) dalam negeri tutup pada 2025.
Penutupan tersebut antara lain disebabkan oleh daya beli masyarakat yang sedang melemah dan rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025.
Di tengah kekhawatiran ini, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita mengatakan, para pelaku IKM akan terus diedukasi.
Baca juga: Kemenperin Klaim Perayaan HUT ke-79 RI Bantu Pemulihan IKM Tekstil: Tiba-tiba Banyak Order
"Pasti iya [khawatir banyak yang tutup], tetapi kita harus edukasi terus," katanya ketika ditemui di sela-sela Pameran Asta Kriya Nusantara yang berlangsung di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (20/8/2024).
Reni mengatakan, pelaku IKM harus terus diedukasi mengenai keuangan mereka.
Edukasi soal keuangan mereka seperti bagaimana agar pelaku IKM bisa lebih cermat dalam hal pembelian bahan baku.
"Harapan kita IKM buka bisnisnya bisa sisihkan untuk beli bahan baku. Jangan sampai begitu [masuk] order, baru beli bahan baku," ucap Reni.
"Ke depannya, mendidik keuangan, bisnis, administrasi [pelaku IKM]. Tujuannya supaya jangan tertatih-tatih dulu, begitu [masuk] order, abis saja buat bahan baku," lanjutnya.
Menurut Reni, cara untuk menangani pengadaan bahan baku bisa ditempuh melalui IKM memiliki material center agar bisa mendapatkan kepastian bahan baku.
"Makanya pembinaan IKM melalui sentra karena di sentra itu ada yang kelola, bahan baku ada kepastian, setelah hasilkan dijual di sentra itu juga, sehingga IKM ada uang cukup, terus dididik untuk punya tabungan" ujar Reni.
Ia percaya bahwa di tengah perekonomian yang sulit, pelaku IKM bisa beradaptasi dengan mudah.
Reni mencontohkan ketika masa pandemi covid-19 banyak pelaku IKM fesyen yang bisnisnya lesu, akhirnya beralih ke bisnis masker dan APD, akhirnya bisa membuat mereka bertahan.