Ada juga beberapa hal kunci yang menjadi perhatian Bulog saat menjalankan proses akuisisi perusahaan beras asal Kamboja.
Pertama, ia mengatakan kapasitas produksi beras di Kamboja tidak besar dibandingkan dengan Indonesia, Thailand, atau Vietnam.
"Kalau kita mau mengembangkan kegiatan di luar negeri kan kita harus berpikir economies of scale," ucap Bayu.
Hal kedua yang menjadi perhatian adalah infrastruktur yang bisa menopang proses produksi, baik di on farm maupun off farm, itu relatif terbatas.
Bayu mengatakan, beberapa infrastruktur sudah direncanakan akan dibangun, tetapi sekarang masih belum ada.
"Yang saya maksud juga termasuk pelabuhan, jalan, listrik itu adalah hal-hal yang sangat penting bagi bisnis padi," tutur Bayu.
Hal ketiga yang menjadi perhatian adalah keterkaitan Kamboja dengan negara tetangga sangat kuat, khususnya Vietnam.
Dalam arti, kata Bayu, selama ini kegiatan produksi atau agribisnis padi di Kamboja itu berkaitan dengan Vietnam.
"Sehingga, kalau kita masuk ke situ, maka kita akan berhadapan dengan persaingan kemitraan mereka yang sudah kuat," jelas Bayu.
"Kita juga harus mengukur kondisi itu apalagi kalau kita lihat dari sisi ketersediaan pasokan, maka Vietnam bagi Indonesia tentu sangat penting ya. Itu sisi catatan yang harus diperhatikan," pungkasnya.
Diungkap Luhut
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, Badan Urusan Logistik (Bulog) akan melakukan akuisisi sumber beras dari Kamboja dalam waktu dekat.
Hal itu dia sampaikan saat menjadi pembicara di acara HUT Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ke-52 di Hotel Fairmont Jakarta Pusat, Senin (10/6/2024).
Menurutnya, akuisisi itu dilakukan atas perintah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Luhut mengeklaim bahwa Jokowi meminta dia untuk menindaklanjuti proses akuisisi itu.