News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wamenkeu Tommy Laporkan Penerimaan Bea Cukai per Agustus 2024 Capai Rp 183,2 Triliun

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II Thomas Djiwandono dalam Konferensi Pers APBN KiTa pada Senin (23/9/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II Thomas Djiwandono menyatakan, realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat Rp 183,2 triliun per Agustus 2024 atau setara 57,1 persen dari target APBN.

"Penerimaan kepabeanan dan cukai sampai Agustus 2024 tercatat sebesar Rp 183,2 triliun atau 57,1 persen dari target APBN tumbuh 6,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Thomas dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Senin (23/9/2024).

Baca juga: Kemenkeu: Pemerintah Tarik Utang Baru Sebesar Rp 347,6 Triliun di Agustus 2024

Tommy menjelaskan, penerimaan bea masuk tercatat sebesar Rp 33,9 triliun atau tumbuh 3,1 persen secara tahunan atau year on year. Pertumbuhan ini dipengaruhi kenaikan nilai impor sebesar 3,4 persen dan menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.

"Kinerja bea masuk ini tumbuh 3,1 persen yoy yang didorong oleh naiknya nilai impor sebesar 3,4 persen dan menguatnya nilai tukar dolar AS meskipun tarif efektif terpantau turun karena turunnya penerimaan dari komoditas utama seperti kendaraan bermotor, suku cadang kendaraan dan produk baja," tuturnya.

Sedangkan penerimaan bea keluar tercatat sebesar Rp 10,9 triliun atau naik 59,3 persen secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh kebijakan relaksasi ekspor komoditas tembaga.

Baca juga: Perdana Sampaikan APBN, Wamenkeu Tommy Beberkan Penerimaan Pajak Tembus Rp 1.196,54 Triliun

"Meskipun disisi lain terjadi penurunan bea keluar dari produk sawit dampak dari turunnya harga dan turunnya volume ekspor," jelas Tommy.

Sementara penerimaan cukai tercatat Rp 138,4 triliun atau naik 5,0 persen dari tahun sebelumnya atau setara 56,2 persen dari target.

"Komoditas CHT tumbuh 4,7 persen year on year dipengaruhi oleh kenaikan produksi terutama hasil tembakau gol II dan III. Untuk komoditas minuman mengandung etil alkohol juga tumbuh 11,9 persen, dampak kebijakan kenaikan tarif dan kenaikan produksi untuk komoditas etil alkohol juga tumbuh 21,9 persen sejalan dengan kenaikan produksinya," tutur dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini