Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2025 atau tahun pertama era pemerintahan Prabowo Subianto pada kisaran 5,18 persen.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, tahun 2025 menjadi peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Indonesia itu akan tumbuh di kisaran 5,18 persen. Antara 5,15 persen sampai 5,2 persen," ujar Asmoro di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Baca juga: Bank Mandiri Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Mentok di Level 5,06 Persen
Berdasarkan data Mandiri Spending Index (MSI), kata Asmoro, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi masyarakat. Misalnya, data kuartal III-2024 menunjukkan konsumsi menguat, yakni kebutuhan sehari-hari sebesar 24,2 persen pada September 2024.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengatakan, Mandiri Spending Index mencatat belanja masyarakat stabil di kuartal III 2024. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh sektor gaya hidup dari kelompok anak muda.
Baca juga: Menkominfo: Pemerintah Amerika Berkomitmen Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia
"Proyeksi Bank Mandiri bahwa ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan 5,06 persen pada tahun 2024 ini," ujar Eka di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Kemudian, ucap Eka, perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan tren penguatan di sektor hotel, restoran, transportasi dan pergudangan.
Baca juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Sentuh 5,06 Persen
"Jasa lainnya seperti jasa-jasa hiburan. Sektor manufaktur yang terkait program hilirisasi seperti logam dasar juga tetap konsisten tumbuh tinggi," tambah Eka.
Sementara, manufaktur yang berorientasi pada domestik seperti industri makanan dan kimia serta farmasi juga tumbuh relatif baik. Sedangkan, sektor manufaktur yang bergantung pada ekspor seperti garmen, furniture, kayu, dan elektronik mengalami penurunan akibat pelemahan permintaan dari negara tujuan ekspor.
Ke depan, ucap Eka, diharapkan sektor manufaktur berorientasi ekspor harusnya membaik seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi global.
"Hal tersebut pasca berakhirnya era suku bunga tinggi," imbuh Eka