Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potensi lahan sagu Indonesia mencapai 5,5 juta hektar (Ha). Akan tetapi pemanfaatannya masih rendah, yaitu kurang dari 4 persen luas areal sagu nasional atau sekitar 212.468 Ha.
Pemanfaatan yang rendah ini disebabkan oleh beberapa kendala, seperti minimnya infrastruktur, fasilitas penunjang, keterampilan dan kapasitas SDM.
Selain itu, rendahnya popularitas komoditas sagu juga menjadi penghambat proses pengembangan yang pada akhirnya membatasi pencapaian potensi komoditas ini.
Baca juga: Kemenperin Bentuk Perluasan Pasar Dengan Sagu Expo di Pusat Perbelanjaan Sarinah
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan jika dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, masih banyak potensi sagu yang dapat dieksplorasi, seperti pemanis, bioetanol, hingga biofuel.
"Tingginya kandungan serat dan pati yang dimiliki oleh sagu, berpotensi untuk menjadi bahan baku pada pengembangan industri biofuel dan bioetanol," tutur Agus dalam pembukaan pameran Sagu Expo di Pusat Perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2024).
Limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan sagu dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk, baik pakan dan biogas.
Baca juga: Pemanfaatan Sagu Rendah, Kemenperin Dorong Hilirisasi Lewat Diversifikasi Produk
Menperin menambahkan, tanaman sagu memiliki kapasitas untuk menyerap karbondioksida atau CO2 yang sangat tinggi, sehingga mampu membantu pemerintah mengurangi emisi.
"Tanaman sagu memiliki laju penyerapan CO2 yang tinggi, yaitu sekitar 289 ton CO2/ha/tahun, sehingga dapat menjadi salah satu kontributor perlambatan global warming," terangnya.
Selain itu, penanaman sagu, khususnya pada lahan gambut, dapat menjadi area konservasi air, sehingga dapat mencegah pengeringan lahan, kebakaran, serta dapat menahan terlepasnya karbon dari lahan.
"Sangat banyak manfaat sagu bagi industri maupun lingkungan kita dan alangkah sayangnya jika potensi ini tidak kita kembangkan dan manfaatkan sebaik-baiknya," kata Menperin.