“Jadi untuk ke depannya, alangkah baiknya jika dari pemerintah bisa mengupayakan untuk adanya tambahan bantuan untuk perusahaan dalam hal penggunaan energi gas yang lebih go green. Apalagi negara Eropa dan Amerika telah mengharapkan banyak industri tekstil di Indonesia bisa menerapkan sistem go green dalam hal energi,” kata Amran.
Pertama kali
Perusahaan tekstil lainnya yang juga memanfaatkan program restrukturisasi mesin pada tahun 2024, yaitu PT Tridayamas Sinarpusaka yang berlokasi di Baleendah, Bandung.
Yudi Hendra, perwakilan PT Tridayamas Sinarpusaka, menjelaskan bahwa perusahaan yang memproduksi busana gamis ini baru mengikuti program restrukturisasi mesin pada tahun 2024 untuk pertama kalinya.
Dalam wawancaranya dengan Tribunnews.com, ia pun mengungkapkan dampak signifikan dari pembaruan mesin, yang menunjang kecepatan produksi dari awalnya 6-10 meter per menit menjadi 30-40 meter per menit.
“Mesin lama yang kami pakai itu speed-nya terlalu lambat. Untuk mesin flat printing itu 1 menit hanya sekitar 6-10 meter. Tapi, begitu diganti dengan mesin rotary, sekarang speed-nya itu bisa 30-40 meter per 1 menitnya. Jadi (produksi) itu memang terasa naiknya signifikan,” jelasnya.
Yudi menambahkan, hasil produksi PT Tridayamas Sinarpusaka dikirimkan ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya yang kemudian didistribusikan lagi ke beberapa wilayah di Indonesia.
Meskipun mendapatkan dukungan dari pemerintah, Yudi mengungkapkan bahwa industri tekstil saat ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk maraknya impor ilegal yang mengganggu pasar lokal.
"Industri tekstil sebenarnya sedang berdarah-darah, jadi kami mempertahankan keadaan yang ada. Kami sangat terbantu dengan program restrukturisasi mesin ini tapi dampaknya masih
terbatas. Karena, permasalahan yang paling mendasar itu datangnya dari impor ilegal. Aktivitas itu benar-benar mengganggu industri seperti kami yang secara perizinan dan segala perizinan yang lainnya itu legal dan resmi,” tutur Yudi.
Tak hanya itu, lanjut Yudi, tekanan dari biaya operasional, seperti listrik dan upah tenaga kerja yang terus meningkat setiap tahun juga menambah beban perusahaan.
“Biaya baku barang naik terus, upah buruh setiap tahun naik 5 persen. Pasti naik setiap Januari,” keluh Yudi.
“Oleh karena itu, Yudi berharap adanya insentif untuk industri tekstil selain untuk program restrukturisasi mesin” lanjut Yudi.
“Memang salah satu program bantuan Pemerintah adalah restrukturisasi mesin. Tapi kami berharap ada program-program lain yang benar-benar membantu. Karena perusahaan ini segala perizinan dan segala legalitas itu resmi. Tapi bantuan dari pemerintah untuk sektor ini, contohnya perbankan itu, nggak gampang ya kalau udah dengar usahanya di sektor tekstil,” ujar Yudi.