Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Raksasa chip global Intel Corp mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan menargetkan 2.255 orang pekerja dari pabrik cabang AS.
Menurut laporan The Hindu, PHK ini rencananya akan dilakukan Intel secara berkala kepada 1.300 karyawan di pabrik cabang Oregon, 385 staff di Chandler Arizona, 319 di San Jose California, dan 251 di pabrik Austin Texas, mulai Selasa (22/10/2024).
Tak hanya pabrik cabang AS, menurut informasi yang beredar Intel yang memiliki kantor di Israel juga mulai aksi PHK. Karyawan yang terdampak PHK diperkirakan mencapai beberapa ratus orang dari total 11.000 karyawan di Haifa, Petah Tikva, Yerusalem, dan Kiryat Gat.
Baca juga: Meta Umumkan PHK Massal: Dampak untuk Karyawan WhatsApp dan Instagram
PHK massal telah direncanakan oleh Intel sejak bulan Agustus kemarin, namun baru direalisasikan pekan ini. Dalam pernyataannya Intel menjelaskan PHK dilakukan untuk memotong belanja modal yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Meski PHK massal yang dilakukan Intel dapat memicu lonjakan angka pengangguran di AS, akan tetapi CEO Intel Corp Pat Gelsinger mengklaim cara ini merupakan bagian skenario penyehatan perusahaan, setelah sebelumnya perusahaan dilanda pembengkakan kerugian.
“Ini merupakan beberapa minggu yang sulit. Perusahaan mencoba memaparkan pandangan yang jelas lewat pemangkasan karyawan. Meski pasar tidak merespons secara positif namun kami memahami hal itu,” kata Gelsinger kepada para investor pada Konferensi Teknologi Deutsche Bank.
Awal Keruntuhan Intel
Sebelum dilanda kebangkrutan, Intel Corp dulu pernah berjaya di pasar chip dunia, khususnya segmen CPU, namun di tahun 2024 Intel menghadapi kerugian yang semakin dalam di jaringan pabrik perusahaan.
Kemerosotan bisnis Intel semakin parah gara-gara masifnya perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Namun kemunculan teknologi ini tak dimanfaatkan secara baik oleh Intel. Alhasil perusahaan AS ini tertinggal jauh dari perusahaan asal Taiwan, TSMC, dalam proses produksi chip.
Tercatat selama setahun terakhir kerugian operasional Intel mengalami pembengkakan mencapai 7 miliar dolar AS. Kondisi ini semakin diperparah lantaran saham Intel ikut jeblok hampir 60 persen sejak awal 2024.
Imbas masalah tersebut, Intel terpaksa menghentikan pembayaran dividen dengan alasan mengurangi belanja modal demi membangun pabrik. Terbaru, Intel kembali membawa kejutan dengan membatalkan pengembangan proses manufaktur 20A yang sebelumnya direncanakan siap pada semester pertama 2024.
Baca juga: Teknologi AI Mulai Memakan Korban, ByteDance PHK 700 Karyawan di Malaysia
Bahkan di tengah keruntuhan Intel, Raksasa semikonduktor kondang yang berbasis di San Diego, Qualcomm dilaporkan mulai mengadakan pembicaraan untuk mengakuisisi raksasa chip dunia, Intel yang saat ini sedang mengalami penurunan kinerja keuangan.
Langkah bisnis tersebut kemungkinan besar akan mengundang banyak perhatian dari para regulasi setempat dan beberapa wilayah operasional Qualcomm dan Intel, seperti AS, China, dan Eropa. Ini lantaran monopoli pasar chip kemungkinan akan menjadi isu besar apabila bisnis Intel berada di bawah payung Qualcomm.
Baik Intel dan Qualcomm menolak berkomentar soal isu akuisisi ini, akan tetapi seorang sumber yang disembunyikan identitasnya mengungkap bahwa Intel sendiri tampaknya mau membuka pintu akuisisi kepada Qualcomm, mengingat kondisi perusahaan saat ini sedang dirundung masalah finansial.