Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Raksasa otomotif kondang asal Jerman, Volkswagen berencana menutup tiga pabrik utamanya di Jerman serta melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan menargetkan puluhan ribu karyawan.
Hal itu diungkap setelah Volkswagen setelah bernegosiasi selama berminggu-minggu dengan serikat pekerja mengenai rencana perombakan bisnisnya termasuk mempertimbangkan penutupan pabrik di Jerman yang berpotensi berdampak bagi puluhan ribu karyawan Volkswagen
Volkswagen tak menyebutkan pabrik mana yang akan terpengaruh, namun Kepala dewan perwakilan pekerja VW, Daniela Cavallo, menyampaikan bahwa langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap tekanan besar yang dihadapi perusahaan, termasuk biaya energi dan tenaga kerja yang tinggi, kompetisi ketat dengan produsen Asia, serta menurunnya permintaan di Eropa dan China.
Baca juga: Pailit, Sritex Punya Utang Rp25 Triliun, 20 Ribu Pekerja Terancam PHK dan Tak Dapat Pesangon
Imbas munculnya berbagai tekanan diatas produktivitas pabrik-pabrik di Jerman selama setahun terakhir tidak pernah mencukupi target, dengan biaya produksi mencapai 25-50 persen lebih tinggi dari target.
Alasan ini yang mendorong Volkswagen untuk melakukan penutupan pabrik dan merencanakan PHK serta memotong gaji staff Volkswagen sebesar 10 persen dan membekukan kenaikan gaji hingga 2026 agar dapat merangsang pertumbuhan ekonomi perusahaan di tengah ancaman resesi.
“Situasinya serius, tanpa langkah-langkah komprehensif untuk mendapatkan kembali daya saing, kami tidak akan mampu membiayai investasi penting di masa mendatang,” Jelas anggota dewan sumber daya manusia Volkswagen , Gunnar Kilian, mengutip dari CNN International.
Awal Mula Kebangkrutan Volkswagen
Perusahaan Volkswagen diresmikan oleh Hitler di Berlin, Jerman. Volkswagen sendiri berarti "mobil rakyat" dalam Bahasa Indonesia. Sebelum melebarkan sayap Volkswagen sempat berada di jurang kehancuran terpatnya saatnya Perang Dunia II pecah.
Beruntung kekalahan Jerman tak membuat pabrik Volkswagen ikut bangkrut, pasca perang dunia ke-II Volkswagen mulai bangkit. Untuk menggenjot produksi pemerintah Jerman bahkan secara jor-joran memberikan pendanaan hingga membuat produksi VW melesat dan menguasai pasar pada 1949.
Pada pertengahan 2015 Volkswagen bahkan sempat memegang predikat sebagai pabrikan mobil terbesar di dunia setelah melampaui Toyota Motor Corporation.
Namun sejak pandemi menghantam seluruh penjuru dunia, pasar otomotif Jerman perlahan mulai menyusut bahkan permintaan mobil listrik Volkswagen ikut melambat dari yang diharapkan, menambah tekanan bagi VW.
Baca juga: Airbus Umumkan PHK Massal, Alami Kerugian 1,5 Miliar Euro
Permasalahan tersebut semakin kompleks setelah Volkswagen kehilangan energi murah Rusia pasca negara itu menginvasi Ukraina, ditambah dengan anjloknya permintaan di pasar ekspor utamanya, China, dan menurunnya kepercayaan konsumen terhadap negaranya sendiri.
Tekanan ini yang kemudian membuat industri otomotif di Jerman berkontraksi, memperburuk kondisi keuangan perusahaan otomotif di tengah munculnya kompetitor-kompetitor baru yang masuk pasar Jerman.
Meski penutupan pabrik otomotif dan pemecatan massal dapat menghemat biaya miliaran euro, namun imbas kebijakan tersebut 10 merek mobil dalam Grup VW harus direstrukturisasi secara komprehensif. Hal ini dimaksudkan untuk mengamankan produksi di pabrik utama VW di Wolfsburg mulai tahun 2026 dan seterusnya.