Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait meninjau Apartemen Samesta Mahata Margonda yang dikelola BUMN Perum Perumnas dan memberi sejumlah catatan.
Dalam tinjauan yang dilakukan bersama Menteri BUMN Erick Thohir, pria yang akrab disapa Ara itu mengungkap bahwa ada masalah pada liftnya.
Ara mengatakan bahwa lift yang ia gunakan bersama Erick tidak bisa naik, padahal baru diisi oleh empat hingga lima orang.
Baca juga: Perumnas Ajukan PMN Rp 1 Triliun untuk Lanjutkan Pembangunan Perumahan Rakyat
Berdasarkan informasi kapasitas lift yang ditempel di dalam, seharusnya lift bisa mengangkut sampai 13 orang.
"Saya cek langsung. Saya naik sama Pak Erick enam kali. Empat kali itu, kita padahal cuma empat lima orang, tidak bisa jalan. Akhirnya mesti turun. Lift masih harus diperbaiki," kata Ara kepada wartawan di Stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, Rabu (27/11/2024).
Berikutnya, ia memberi catatan untuk area komersial yang masih belum banyak diisi.
Apartemen Samesta Mahata Margonda ini memang merupakan kawasan berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD) yang menempel dengan Stasiun Pondok Cina.
Menurut dia, area komersial harusnya diisi oleh banyak tenan agar memudahkan penghuni apartemen.
"Supaya nanti orang yang tinggal di sini kalau mau makan atau mau apa, beli keperluan, tidak perlu keluar," ujar Ara.
Ia mengatakan bahwa Perumnas harus memiliki terobosan agar area komersial bisa banyak diisi.
"Jadi saya lihat ini harus ada terobosan. Ini fasilitas supaya penghuni di sini juga, kalau mau misalnya belanja ke Indomart, ke Alfamart, bisa cepat dan tidak usah putar-putar keluar," ucap Ara.
Baca juga: Lowongan Kerja BUMN Perumnas untuk Lulusan S1, Simak Posisi dan Syaratnya
Hal lain yang menjadi catatan Ara adalah ketepatan Perumnas dalam membaca pasar.
Di apartemen ini, kata Ara, dibagi menjadi tiga kelas, yaitu bawah, menengah, dan atas.
Dari hasil tinjauannya yang juga dihadiri Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro, unit untuk kelas bawah yang paling banyak dihuni karena sudah 100 persen ditempati.
"Ternyata market di sini yang paling diminati yang di bawah. Baru yang tengah, baru yang atas. Jadi, di sini penting sekali ketepatan membaca market," ujar Ara.
Apartemen Samesta Mahata Margonda ini memang akan dijadikan sebagai percontohan hunian yang menempel dengan stasiun kereta api.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan apartemen Samesta Mahata Margonda merupakan contoh yang berhasil.
Proyek apartemen lainnya yang dibangun di Tanjung Barat juga dinilai sebagai sesuatu yang berhasil.
Di situ telah dibangun dengan konsep berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD).
"Jadi memang kalau di TOD ini sudah ada beberapa contoh yang berhasil. Di Margonda, kemudian kita sudah selesaikan di Tanjung Barat," kata Tiko, sapaan akrab Kartika, di kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2024).
Tiko mengatakan, pengembangan TOD serupa akan diterapkan di Stasiun Manggarai, Jakarta; Stasiun Kiaracondong, Bandung; dan Stasiun Surabaya Gubeng.
Ia menyebut ada lahan seluas 60 hektare di Manggarai dan 12 hektare di Surabaya.
"Jadi itu konsepnya TOD seperti di Margonda itu, antara apartemen dengan stasiun kita sambungkan, sehingga masyarakat bisa langsung dapat akses ke kereta juga," ujar Tiko.