News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Grup Merdeka Jalankan Roadmap Khusus untuk Dukung Komitmen Nol Emisi Karbon Pemerintah RI

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjamin target peningkatan produksi nikel tahun ini oleh anak usaha PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dibarengi dengan komitmen kuat untuk menekan emisi karbon

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjamin target peningkatan produksi nikel tahun ini oleh anak usaha PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dibarengi dengan komitmen kuat untuk menekan emisi karbon.

Hal tersebut sejalan dengan dukungan grup Merdeka atas upaya Pemerintah Indonesia mencapai emisi nol bersih pada 2060 mendatang.

Dikutip dari laporan tahunan MBMA, target produksi tahun ini ditetapkan sebesar 147.000 ton terdiri dari nickel pig iron (NPI) sebanyak 85.000 ton sampai 92.000 ton serta nikel matte sebanyak 50.000 ton sampai 55.000 ton. Angka ini melonjak 54 persen dibandingkan realisasi produksi 2023 sebanyak 95.450 ton yang terdiri dari NPI 65.117 ton dan nikel matte seberat 30.333 ton.

Baca juga: Dukung Hilirisasi dan Konservasi Mineral, MDKA Bangun Fasilitas Pengolahan AIM Pertama di Indonesia

Sejak awal beroperasi, MDKA selalu berkomitmen terhadap praktik pertambangan yang bertanggung jawab. Hal tersebut terlihat dari penggunaan teknologi pertambangan terkini untuk meningkatkan efisiensi operasi di setiap proyeknya. Sehingga MDKA bisa memaksimalkan potensi sumber daya mineral yang dimiliki namun memiliki dampak lingkungan yang minimal. Termasuk dengan berupaya menekan emisi karbon saat menargetkan peningkatan produksi nikel yang dikelola MBMA.

Setidaknya ada tiga cara yang sedang dan akan dilakukan manajemen MDKA untuk menekan emisi karbon. Pertama, mengoptimalkan pemanfaatan biosolar B35 untuk mengoperasikan tambang dan smelter. Saat ini, tercatat tambang Nikel Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) sudah menggunakan biosolar B35 untuk seluruh operasi tambang. 

Baca juga: MDKA Genjot Produksi Emas Tambang Tujuh Bukit, Targetkan 140 Ribu Ounces

Selain itu, PT Bumi Suksesindo, anak usaha MDKA yang menjadi operator Tambang Emas Tujuh Bukit sudah memanfaatkan biosolar B35 untuk operasi peralatan tambang. Aktivitas tambang yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur itu juga sudah 100% menggunakan Energi Baru Terbarukan dan mengantongi Sertifikat Energi Hijau (renewable energy certificate/REC) dari PT PLN (Persero). Demikian halnya kegiatan operasional Tambang Tembaga Wetar, yang dikelola anak usaha MDKA lainnya yang juga sudah memanfaatkan biosolar B35.

Kedua, memperluas pemanfaatan energi terbarukan di area tambang nikel kelolaan MBMA. Dua diantaranya adalah dengan rencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 60 megawatt (MW) untuk memasok kebutuhan Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP). Suatu kawasan industri seluas 3.500 hektare di dalam area konsesi SCM yang dikembangkan MBMA bersama Grup Tsingshan.

“Proyek PLTA itu sedang dalam proses pre-feasibility study dan studi teknis lainnya serta perizinan dengan pihak-pihak terkait,” kata General Manager Corporate Communications Merdeka, Tom Malik.

Nantinya IKIP akan melakukan pengolahan hidrometalurgi nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL). Fasilitas ini diharapkan dapat mengolah bijih limonit dari tambang SCM dengan kapasitas yang direncanakan masing-masing 120 ktpa Ni dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Ketiga, grup Merdeka juga sudah memiliki Greenhouse Gas Emissions Reduction Roadmap. Sebuah peta jalan yang disusun untuk meningkatkan penggunaan sumber energi bersih di seluruh aktivitas hulu sampai hilir produksi nikelnya. Saat ini, grup Merdeka baru memanfaatkan energi terbarukan sebesar 5% yang sebagian besar berasal dari biodiesel.

“Kami sedang mengembangkan roadmap pengurangan emisi untuk fasilitas kami di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) bekerja sama dan mendukung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk menyiapkan roadmap dekarbonisasi nikel Indonesia,” ujarnya.

Upaya grup Merdeka dalam meningkatkan produksi nikel tidak lepas dari target manajemen mendominasi pasar baterai kendaraan listrik yang banyak diminati di Indonesia maupun dunia. Tingginya permintaan kendaraan listrik harus dibarengi dengan pasokan mineral dan logam yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai maupun komponen lainnya.

Menurut Tom, grup Merdeka cukup yakin kendaraan listrik akan mendominasi permintaan pasar industri otomotif. Oleh karena itu, grup Merdeka memegang posisi strategis dalam memasok mineral yang dibutuhkan kendaraan listrik.

MDKA adalah salah satu pemain utama dalam industri pertambangan Indonesia yang memiliki beragam proyek pertambangan seperti Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Tambang Tembaga Wetar di Pulau Wetar, Maluku Barat. Serta Tambang Nikel SCM yang tercatat sebagai salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal potensi kandungan nikel.

"Kendaraan listrik rata-rata menggunakan enam kali lebih banyak mineral dan logam dibanding kendaran bahan bakar gas (Internal Combustion Engine/ICE). Dengan hasil tambang yang dimiliki, baik MDKA dan MBMA memiliki peran besar dalam pasokan mineral dan logam yang digunakan dalam kendaraan tersebut," jelas Tom.

Ia mencatat dalam merakit sebuah kendaraan listrik mineral yang dibutuhkan adalah grafit sebanyak 32%, disusul tembaga sejumlah 25%, lalu nikel sebesar 20%. Dua mineral terakhir merupakan hasil produksi tambang yang dikelola grup Merdeka.

“Nikel dibutuhkan sebagai komponen kunci dalam membuat baterai lithium-ion karena kapasitas penyimpanan energinya yang tinggi. Sehingga sangat ideal mencapai jarak tempuh berkendara yang lebih jauh dan waktu pengisian daya yang lebih cepat,” jelasnya.

Tidak hanya itu, tembaga juga sangat krusial bagi baterai kendaraan listrik karena sifat konduktivitasnya yang tinggi sehingga memungkinkan transmisi arus yang efisien dan meminimalkan kehilangan energi selama pengisian dan pengosongan.

"Tambang kami juga memproduksi emas yang digunakan sebagai bahan pelapis pada konektor dan kontak dalam sistem kelistrikan mobil karena konduktivitas dan ketahanannya terhadap korosi. Tetapi emas tidak dipilih sebagai bahan utama produksi baterai, karena harganya yang mahal dibandingkan logam lainnya," pungkas Tom.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini