TRIBUNNEWS.COM -- Di tengah ketidakpastian ekonomi nasional, para pengusaha papan atas Indonesia justru 'nyayur' dengan terus meningkatkan kekayaan mereka.
Meski kelas menengah di Indonesia mengalami keterpurukan, para kaum tajir ini justru terus meningkatkan usaha mereka dan menangguk kekayaan yang luar biasa besar pada akhir tahun ini.
Majalah Forbes merilis kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia, jumlahnya mencapai 263 miliar dollar AS atau setara Rp 4.197 triliun, meningkat 4,37 persen dibandingkan 2023 yang sebesar 252 miliar dollar AS.
Baca juga: Perbankan Genjot Transaksi Keuangan Orang Kaya Melalui Kartu Kredit
Jumlah tersebut bahkan melebihi, total rencana belanja negara atau APBN tahun 2025 mencapai sebesar Rp3.621,3 triliun.
Ke-50 orang tajir tersebut adalah orang yang memiliki kekayaan melebihi dari 1 miliar dolar AS atau setara Rp 15,5 triliun.
"Indeks saham acuan Indonesia telah meningkat 3 persen sejak terakhir kali kekayaan diukur, membantu meningkatkan kekayaan kolektif menjadi 263 miliar dollar AS dari 252 miliar dollar AS di tahun lalu," tulis Forbes, dikutip Kamis (12/12/2024).
Bahkan 31 orang kaya yang masuk dalam daftar ini, kekayaannya bertambah pada tahun 2024. Salah satunya Hartono bersaudara, yaitu Robert Budi Hartono dan Michael Hartono yang menduduki posisi pertama daftar 50 orang terkaya di Indonesia 2024 versi Forbes.
Kekayaan pemilik Grup Djarum ini meningkat 2,3 miliar dollar AS pada tahun ini menjadi 50,3 miliar dollar AS.
Berdasarkan laporan Forbes, kenaikan kekayaan Hartono bersaudara pada tahun ini sebagian disebabkan oleh lonjakan saham PT Bank Central Asia Tbk atau BCA yang membukukan rekor pertumbuhan kredit dalam sembilan bulan yang berakhir pada bulan September.
"Kakak beradik R. Budi dan Michael Hartono menduduki peringkat pertama, posisi yang sudah mereka duduki selama lebih dari satu dekade," tulis Forbes dikutip dari Kompas.com.
Di posisi kedua, ada Prajogo Pangestu. Namun, kekayaan pendiri PT Barito Pacific Timber ini mengalami penurunan 25 persen menjadi 32,5 miliar dollar AS pada 2024.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penyesuaian valuasi di perusahaan energi panas bumi miliknya, Barito Renewables Energy, yang terpukul oleh volatilitas saham.
Kemudian di posisi ketiga, kembali diduduki oleh Taipan batu bara Low Tuck Kwong. Tahun ini kekayaan bersih pendiri Bayan Grup ini hampir stagnan pada 27 miliar dollar AS.'