TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah di perdagangan pasar global diproyeksi naik ke level tertinggi usai pemerintah Amerika Serikat (AS) memperketat sanksi ke Rusia.
Menurut prediksi analis di perusahaan investasi Goldman Sachs kenaikan harga minyak berpotensi menyentuh harga 90 dolar AS per barel untuk minyak jenis Brent.
Melesat drastic dari level terendah Brent pada akhir Desember yang hanya dibanderol 70 dolar AS per barel.
"Kami memperkirakan bahwa harga Brent naik ke puncak $90 per barel pada bulan Maret dalam skenario gabungan di mana pasokan Rusia dan Iran terganggu," kata Daav Struyven analis Goldman Sachs, dikutip dari Benzinga.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok, Tertekan Pengetatan Pasokan OPEC
Goldman menguraikan ada beberapa faktor yang dapat mendorong harga minyak Brent semakin tinggi salah satunya sanksi AS terhadap minyak Rusia.
Dimana pada awal pekan kemarin AS memberlakukan sanksi paling agresif terhadap industri minyak Rusia, menargetkan dua produsen dan eksportir besar, perusahaan asuransi.
AS juga menetapkan 180 kapal pengangkut minyak sebagai “properti yang diblokir.” sehingga jumlah kapal yang masuk daftar hitam menjadi 270 di seluruh AS, Inggris, dan UE.
Adapun kapal-kapal tersebut adalah bagian dari “armada bayangan” Rusia yang digunakan untuk mengangkut 1,7 juta barel minyak mentah dan produk ekspor Rusia ke pasar global.
Imbas sanksi tersebut harga minyak Rusia diproyeksi dibanderol jauh lebih mahal, menambah beban bagi konsumen minyak Rusia.
China – India Terancam Krisis
Selain memicu lonjakan harga minyak di pasar global, sanksi terbaru AS juga berpotensi memicu terjadinya krisis energi bagi pasar Asia khususnya China dan India yang merupakan konsumen terbesar minyak Rusia.
India dan China, yang masing-masing mengimpor 1,764 juta barel per hari (bph) dan 2,159 juta bph minyak Rusia pada 2023, akan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya.
Pemerintah India sejauh ini mengungkap belum menghadapi gangguan pada pasokan minyak Rusia karena kapal tanker yang diberi sanksi AS diizinkan untuk membongkar minyak mentah hingga Maret, kata seorang pejabat senior pemerintah India.
Akan tetapi Lyudmila Rokotyanskaya dari pialang BCS yang berpusat di Moskow, mengatakan sanksi baru tersebut kemungkinan akan cukup efektif setidaknya selama beberapa bulan dan menyebabkan penurunan material dalam ekspor minyak Rusia melalui laut dan peningkatan diskon Ural.