TRIBUNNEWS.COM - Penerapan physical distancing di Pasar Pagi di Salatiga, Jawa Tengah di tengah pandemi virus corona mendapat apresiasi dari banyak pihak.
Pasalnya, pasar pagi yang beroperasi mulai pukul 01.00-06.30 itu ditata secara berjarak antar pedagang dengan dibuatkan garis kotak-kotak untuk tiap pelapak.
Wali Kota Salatiga Yulianto membeberkan kisah di balik penerapan physical distancing di pasar tersebut.
Dikatakannya, pasar pagi tersebut sudah ada sejak lama di wilayah Salatiga, sehingga ia merasa kasihan jika harus melarang pedagang untuk tak berjualan.
Oleh sebab itu, pihaknya bersama Gugus Tugas Covid-19 Kota Salatiga berinisiatif untuk tetap membuka pasar namun juga tetap memperhatikan protokol pencegahan covid-19 sesuai anjuran pemerintah.
"Kita berPIkir bagaimana pasar pagi ini tetap berjalan, kemudian diatur physical distancing, pengunjung kemudian pelapak ini memakai masker," ujar Yulianto saat berbicara di Kompas TV, Rabu (29/4/2020) sore.
Baca: Kota Salatiga Kini Berstatus Tanggap Darurat Setelah Salah Satu Warganya Positif Covid-19
Baca: Pemerintah Akan Gelar Operasi Pasar untuk Jamin Ketersediaan dan Stabilitas Harga Pangan
Penerapan physical distancing di pasar pagi tersebut dimulai pada Senin (27/4/2020).
Masyarakat yang tidak memakasi masker, tidak diperkenankan untuk memasuki kawasan pasar tersebut.
Dinas Perdagangan bersama TNI-Polri, Satpol PP serta Dinas Perhubungan, bersinergi menata kawasan jalan yang biasanya dilalui kendaraan itu untuk kemudian ditutup sementara waktu selama pasar berjalan.
"Ditata oleh dinas perdagangan dibantu oleh satpol PP, kemudian TNI/Polri, dinas perhubungan, bersama-sama bersinergi mentaap pasar tersebut, arus lalu lintasnya, parkir kemudian penataan lapak alhamdulillah sudah mulai buka di hari Senin kemarin," ungkap Yuli.
Selain itu, pihaknya juga mengajak ketua paguyuban pedangan pasar untuk membahas penataan pasar tersebut.
Yuli menyebut ada sebanyak 900 pedagang yang berjualan di pasar tersebut.
Setiap komoditi barang di pasar tersebut masing-masing memiliki ketua, sehingga ketua kelompok tersebutlah yang diajak untuk mengatur anggotanya.
"Setiap jenis dagangan, setiap jenis komoditi, misalnya daging ini ada ketuanya sendiri, sayur ada ketuanya sendiri, buah ada sendiri, jadi kelompok-kelompok itu yang diajak bicara bagaiamana untuk mengatur anggota-anggotanya," terangnya.
Baca: Tampung Curhatan Warga soal Covid-19, Ponsel Ganjar Lebih Sering Berbunyi
Baca: Pantau dan Jaga Warga saat Pandemi, Ganjar Bentuk Satgas Jogo Tonggo