"Diminta untuk mengedukasi termasuk merazia pub dan lounge di Bandung itu bareng Satgas Jawa Barat, lalu edukasi kerumunan di Tegal itu diminta oleh Pak Ganjar Pranowo, di Solo edukasi kerumunan angkringan, di Yogyakarta edukasi angkringan di Malioboro, lalu kita juga membuat protokol mencegah pameran musik ya kan," ungkapnya dengan nada kesal seperti dikutip Tribun, Minggu (15/11/2020).
Baca juga: Deretan Fakta Pernikahan Putri Rizieq Shihab: Undang 10 Ribu Orang, Satgas Covid Kirimkan Masker
dr. Tirta melanjutkan, pemerintah dan pejabat harusnya melarang warga untuk membuat acara dengan massa banyak, tanpa tebang pilih, khususnya di DKI Jakarta yang sedang menerapkan PSBB transisi.
"Lalu ini di Jakarta masih PSBB transisi tetapi dilakukan beberapa hal kegiatan yang hubungannya sangat banyak dengan massa," ujarnya.
"Yang jadi pertanyaan dan pernyataan sekaligus kalau memang standar ganda, ayo buka pilih salah satu alasan atau kita mau strict-strict kan atau mau los-losan," ungkapnya.
dr Tirta mengaku kecewa dengan pemerintah karena melanggar sendiri aturan yang dibuat.
Bahkan, tanpa memberikan sanksi, atau membubarkan kegiatan kerumunan.
"Seorang tokoh datang ke sini membuat kerumunan di bandara sampai puluhan ribu lalu membuat kemungkinan besar acara pernikahan yang mengundang banyak orang, malah pernikahannya diberikan masker 20.000. Saya tidak menyoroti Rizieq Shihab-nya, karena pernikahan itu diajukan semua warga berhak melakukan pernikahan," jelasya.
Ia pun mempertanyakan, konsisten pejabat di DKI Jakarta dan BNPB yang seolah-olah menutup mata dan telinga bahwa pandemi Covid-19 masih belum terkendali di Indonesia, di mana ratusan tenaga kesehatan dan medis telah meninggal dunia.
"Kalau seperti itu, semua warga berhak melakukan resepsi pernikahan. Kalau seperti itu kita melakukan resepsi saja dipersulit, banyak tidak makan di sini akan tetapi ini yang kita tahu berhak mengajukan izin. Tetapi di sini adalah konsistensi dari Satgas Covid-19 DKI dan konsistensi dari Gubernur DKI dan konsistensi dari BNPB."
"Kalian jangan tebang pilih jika memang ada seorang tokoh publik yang memang massanya banyak, takut. Saya ketemu cuma tiga kali ini sama anak saya sini selama 8 bulan, 3 kali doang hanya untuk edukasi di seluruh kota di Indonesia. Jelas-jelas kawan saya nakes-nakes gugur berjatuhan," ungkapnya.