TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vaksin AstraZeneca telah direkomendasikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk digunakan dalam program vaksinasi.
Vaksin asal perusahaan farmasi Inggris ini pun telah mulai distribusikan sejak Minggu(21/3).
Juru Bicara Bio Farma untuk Vaksinasi Bambang Heryanto mengatakan, dalam proses distribusi vaksin AstraZeneca ini tidak ada hal yang berbeda dengan vaksin Sinovac.
Baca juga: Putin Tepis Kritik Uni Eropa terhadap Vaksin Virus Corona Sputnik V Rusia
"Sama seperti vaksin sebelumnya (Sinovac). Vaksin AstraZeneca mudah disimpan pada suhu lemari es dengan kisaran 2 hingga 8 derajat celcius," ujar Bambang saat dihubungi Tribun Senin (22/3).
Ia mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah dikirimkan ke provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Kepulauan Riau. "Untuk hari ini vaksin didistribusikan ke provinsi Jatim, Bali, Sulut," ujar dia.
Baca juga: Tinjau Vaksinasi di Jombang, Jokowi: Alhamdulillah, Semuanya Berjalan Baik
Nantinya vaksin ini akan dialokasikan untuk vaksinasi tahap kedua yakni kelompok lansia dan petugas pelayanan publik. Sebanyak 1.113.600 vaksin jadi dengan total berat 4,1 ton yang terdiri dari 11.136 karton vaksin Covid-19 tahap keenam dari AstraZeneca telah tiba di Indonesia pada 8 Maret yang lalu.
Kedatangan vaksin ini adalah tahap pertama dari jatah vaksin gratis 11.704.800 dosis yang dialokasikan untuk Indonesia melalui skema multilateral COVAX facility.
Pemerintah sebelumnya memutuskan untuk menunda pendistribusian vaksin COVID-19 AstraZeneca sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah terhadap vaksin, setelah isu penggumpulan darah usia vaksinasi AstraZeneca terjadi di beberapa negara di Eropa.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengakui bahwa ada laporan soal Vaksin AstraZeneca yang sehubungan dengan adanya kekentalan darah yang meningkat.
"Itu kejadian 30 dari 5 juta suntikan, tapi biarpun dari 5 juta suntikan itu, kalau diukur dari angka kekebalan darah yang meningkat, itu masih lebih kecil dengan tanpa vaksinasi," kata Dante.
Dalam sidang di WHO dan EMA, Dante menyebut tak ada hubungan antara peningkatan kekentalan darah dengan kegiatan vaksinasi. "Vaksin AstraZeneca masih aman digunakan atas keputusan WHO," pungkasnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menanggapi terkait polemik vaksin AstraZeneca yang prosesnya disebut melibatkan enzim yang berasal dari babi. Dalam konteks ilmu pengetahuan, kata Wiku, pengembangan vaksin sudah lama terjadi.
Baca juga: Suntikan Perdana Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia Diberikan Kepada Para Kiai di Jawa Timur
Wiku mengatakan proses pengembangan vaksin pasti memerlukan tahapan yang sangt rinci di antaranya menggunakan enzim sebagai katalisator.
Kebetulan, kata Wiku, enzim yang kerap dipakai menjadi katalisator adalah tripsin.