TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadwalkan kedatangan vaksin virus corona (Covid-19) Novavax mulai Juli 2021.
Kedatangan vaksin buatan Amerika Serikat itu diharapkan bisa membantu upaya akselerasi program vaksinasi nasional di semester dua atau Juni-Desember 2021.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma sekaligus Juru Bicara Vaksin Covid-19, Bambang Heriyanto mengatakan, vaksin corona Novavax diperkirakan tiba di Indonesia mulai Juli 2021. Total, ada 50 juta dosis vaksin corona produksi Amerika Serikat itu yang ditargetkan diterima Indonesia tahun ini.
”Novavax diperkirakan baru masuk Juli 2021. Total 50 juta, bertahap mulai Juli sampai Desember,” kata Bambang, Rabu (19/5).
Apabila merujuk pada pernyataan Kemenkes, Novavax akan digunakan dalam program vaksinasi pemerintah tahap 3 yang menyasar orang di daerah rentan, orang dengan gangguan jiwa, hingga disabilitas.
Selain Novavax, pemerintah juga akan menggunakan vaksin Pfizer pada program vaksinasi tahap 3 ini. Sama seperti Novavax, Pfizer juga merupakan vaksin buatan Amerika Serikat.
Baca juga: Diabetesi Ingin Lolos Syarat Vaksinasi? Simak Tips Menjaga Gula Darah Berikut!
Namun demikian, Bambang memastikan baru vaksin Novavax yang diperkirakan tiba di Indonesia pada Juli, meski jumlah kedatangan batch pertama vaksin ini masih dinegosiasikan. Adapun untuk vaksin Pfizer, ia menegaskan belum ada komitmen suplai antara PT Bio Farma dengan BioNTech yang merupakan produsen vaksin tersebut.
”Untuk Pfizer belum ada komitmen supply. Masih dalam pembahasan," jelas Bambang.
Soal keamanan vaksin, termasuk apakah aman bagi komorbid, Bambang menerangkan PT Bio Farma akan merujuk pada Izin Edar Darurat (EUA) yang dikeluarkan BPOM. Saat ini vaksin Novavax sedang dalam tahap penyampaian data untuk EUA di BPOM.
Baca juga: Vaksin Novavax dan Pfizer Diperkirakan Tiba di Indonesia pada Juni - Juli 2021
"[Soal keamanan] nanti merujuk hasil evaluasi BPOM saat mengeluarkan EUA-nya. EUA Novavax masih rolling submission, untuk Pfizer belum proses," ujar dia.
Vaksin Novavax produksi AS merupakan produk dari protein rekombinan. Seperti namanya, "rekombinan," metode pembuatan vaksin ini diproduksi melalui rekombinasi DNA. Cara pembuatan vaksin dengan metode ini bisa dimungkinkan berkat perkembangan teknologi teknik genetika (genetic engineering) dalam beberapa tahun terakhir.
Dari hasil uji klinis di Inggris, efikasinya mencapai 96 persen melawan virus corona, 86 persen efektif melawan varian corona baru di Inggris, dan 51 persen efektif melawan varian Afsel.
Adapun untuk program vaksinasi nasional sejauh ini pemerintah menetapkan empat merek vaksin yang akan dipakai: Sinovac, AstraZeneca, Pfizer dan Novavax. Sejauh ini pemerintah telah mengamankan sebanyak 75,9 juta dosis vaksin yang tiba di Tanah Air.
Rinciannya, 68,5 juta dosis vaksin Sinovac, 6,4 juta dosis AstraZeneca melalui Covax Facility, 500 ribu dosis Sinopharm untuk program vaksin Gotong Royong, dan 500 ribu dosis Sinopharm sumbangan Uni Emirat Arab.
Secara keseluruhan pemerintah telah berkomitmen mengamankan sekitar 426,8 juta dosis vaksin dari empat perusahaan farmasi luar negeri untuk vaksinasi 181,5 juta penduduk Indonesia. Rinciannya, 125,5 juta vaksin dari perusahaan China Sinovac.
Kemudian 74 juta dosis vaksin dari Novavax; 82.8 juta dosis vaksin dari perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca; 66,4 juta dosis vaksin dari Pfizer, serta 78 juta dosis vaksin melalui skema kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility. Fasilitas tersebut merupakan kerja sama pengembangan vaksin antara Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan GAVI.
Selain itu Satuan Tugas Penanganan Covid-19 juga memastikan kandidat vaksin Merah Putih yang merupakan produksi dalam negeri akan dialokasikan nantinya untuk program vaksin nasional. Sementara vaksin Gotong Royong sejauh ini wacana merek vaksin yang akan dipakai Sinopharm, CanSino, Sputnik V, dan Anhui Zhifei Longcom.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, meminta masyarakat tak lagi pilih-pilih jenis vaksin. Sebab, pemerintah telah menjamin vaksin yang digunakan di kedua program vaksinasi itu aman dan telah melalui uji pemeriksaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "Selalu kita ingat bahwa WHO sendiri mengatakan jangan memilih vaksin, karena semua vaksin itu sama baiknya," ujarnya.(tribun network/rin/dod)