Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya varian baru virus corona (Covid-19) B.1.6107.2 (Delta) memang memunculkan kekhawatiran bagi masyarakat di tengah melonjaknya kasus positif Covid-19 secara signifikan selama beberapa pekan terakhir.
Terlebih saat ini pemerintah juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dimulai sejak 3 Juli dan akan berakhir hingga 20 Juli mendatang.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa mewaspadai virus ini memang sangat penting.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Epidemiolog: Waspada Penting, Tapi Panik Tidak Boleh
Baca juga: Penderita Covid-19 OTG dan Gejala Ringan Corona di Australia, Hanya Perlu Paracetamol dan Obat Batuk
Namun ia mengingatkan masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi situasi pandemi ini.
"Waspada penting, tapi panik tidak boleh," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Selasa (6/7/2021).
Ia kemudian menjelaskan bahwa dari banyaknya temuan kasus Covid-19, mayoritas atau 80 persen diantaranya hanya menunjukkan gejala ringan, bahkan diantaranya juga banyak yang masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
Penderita Covid-19 dengan risiko rendah ini, kata dia, cukup melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
"80 persen itu ya banyaknya tidak bergejala atau gejalanya ringan, sehingga mereka cukup isolasi mandiri," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Selasa (6/7/2021).
Sementara itu sisanya, yakni 20 persen dari total penderita Covid-19 di dunia masuk dalam kategori sedang hingga berat.
Sehingga tentunya akan membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Ini adalah penyakit yang 20 persen dari penderitanya akan membebani atau memerlukan perawatan rumah sakit," jelas Dicky.
Lalu sebagian kecil atau 5 persen diantaranya akan mengalami kondisi yang memerlukan perawatan intensif di ruang ICU.
"5 persen (diantaranya) akan memerlukan ICU," kata Dicky.