TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita berusia 90 tahun diketahui telah terinfeksi dua varian virus corona sekaligus.
Wanita lansia berasal dari Belgia tersebut akhirnya meninggal dunia lima hari setelah terinfeksi.
Dikutip dari Reuters, Senin (12/7/2021), diyakini hal tersebut sebagai kasus pertama yang sudah terdokumentasi, menurut penelitian ilmiah.
Kasus tersebut pun dibahas dalam Kongres Eropa tentang Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular (ECCMID).
Sehingga menunjukkan bahwa ada kemungkinan seseorang terinfeksi dua varian Covid-19 secara bersamaan.
Baca juga: RS Covid-19 Asrama Haji Pondok Gede Hanya Menerima Pasien Rujukan
Sementara seperti diketahui, wanita 90 tahun tersebut mengidap Covid-19 varian Alpha dan Beta.
Varian alpha berasal dari Inggris, sedangkan varian beta pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
Sementara wanita 90 tahun itu sebelumnya mendapat perawatan di sebuah rumah sakit di Aalst dekat Brussels.
Belum Divaksin
Dan dikutip dari DW tepatnya wanita itu dibawa ke rumah sakit OLV di kota Aalst pada 3 Maret 2021 dan dinyatakan positif terkena virus corona.
Diketahui wanita tersebut belum divaksinasi dan telah tinggal di sebuah panti jompo.
Setelah dinyatakan positif covid-19, kondisi wanita itu mulai memburuk, dan dia meninggal lima hari setelah diagnosis awalnya.
Baca juga: Indonesia Terima Bantuan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin dari Sea Group
Ahli biologi molekuler Anne Vankeerbergen dari rumah sakit OLV mengatakan wanita itu kemungkinan telah terinfeksi dua varian berbeda dari dua orang berbeda.
Walaupun demikian Vankeerbergen mengatakan masih belum jelas bagaimana dia terinfeksi virus.
Belgia, seperti sebagian besar Uni Eropa lainnya sempat menghadapi masalah pengiriman vaksin pada awal tahun 2021.
Ditambah lagi program vaksinasinya dimulai dengan lambat.
Baca juga: Gerai Vaksin Keliling Presisi: Polres Metro Jakarta Pusat Sediakan 200 Dosis
Meskipun demikian kini UE kini telah menyalurkan vaksin untuk mencakup 70% populasi di negaranya.
Komisi Eropa, eksekutif UE, juga telah memperingatkan bahwa mereka memperkirakan varian Delta yang sangat menular dari virus corona menjadi dominan di Eropa musim panas ini.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)