Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemberian vaksin booster Covid-19 kedua atau dosis keempat untuk masyarakat umum sudah mulai dilakukan.
Vaksin booster kedua tersebut dinilai penting karena itu pemerintah daerah diminta menjelaskan kepada masyarakat sejelas-jelasnya.
Termasuk menjelaskan manfaat dan menghalau informasi ataupun kabar-kabar yang tidak benar alias hoaks.
"Ini tentu perlu juga peran dari masyarakat civil society termasuk media dalam hal ini untuk menyampaikan ini pada publik bahwa vaksin ini jauh lebih penting, ada misalnya kasus-kasus efek samping, itu jauh lebih kecil kasusnya dibanding kalau terkena covid, dan itu jauh manfaat dari vaksin itu jauh lebih besar dari pada resikonya," kata Ahli Epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Rabu(25/1/2023).
Dicky menilai kebijakan pemberian vaksin booster kedua atau dosis keempat untuk masyarakat umum memang sangat diperlukan.
Karena itu ia mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk membuat perencanaan yang efektif agar pemberian vaksin booster keempat bisa terlaksana dengan baik.
Menurutnya, vaksin booster kedua memang diperlukan karena sebagian dari masyarakat Indonesia rata-rata sudah lebih dari lima bulan ketika menerima booster pertama atau dosis ketiga.
"ini juga dilandasi dengan kepentingan untuk memberikan proteksi lebih pada publik karena yang kita hadapi ini adalah sub varian baru dari omicron yang efektif sekali ya menembus benteng antibodi," ujarnya.
Ia melanjutkan, pemberian booster dosis kedua juga sebagai upaya penguatan perlindungan di tengah dicabutnya PPKM. Saat ini, aktivitas sosial dan ekonomi di masyarakat sudah sangat longgar.
Baca juga: Satgas Covid-19 PB IDI Sebut Capaian Booster Covid-19 Masih Sangat Rendah
"Maka bekal vaksinasi booster ini menjadi sangat penting," ucapnya.
Dicky mengingatkan, meski begitu pemberian vaksin dosis booster dosis kedua jangan sampai menghilangkan prinsip dari vaksinasi itu sendiri yang harus tetap prioritas pada kelompok rawan. Ia mengatakan, meskipun pada populasi umum vaksin booster dosis kedua sudah dibuka tetapi kelompok rawan harus menjadi prioritas.
"Ini harus tetap dikejar bahkan harus proaktif, karena mereka yang paling berisiko. siapa kelompok rawan itu, ya yang dari sisi kondisi tubuh seperti lansia, ibu hamil, atau dari sisi pekerjaan seperti pelayan publik, seperti tenaga kesehatan, itu harus dikejar dipastikan cakupannya tinggi. tinggi itu berapa? ya harus diatas 90 persen," jelasnya.
Sementara untuk daerah yang menjadi prioritas, ia mengatakan semua daerah harus mendapatkan vaksin booster dosis kedua secara merata. Sebab, kelompok rentan ada di semua daerah.
Untuk itu, Dicky mengatakan pentingnya perencanaan yang efektif dan matang dalam pemberian vaksin booster dosis kedua.
"Hal ini untuk memastikan tidak ada kendala dalam distribusi vaksin nya, tidak ada kendala dalam ketersediaan sarana prasarana maupun sdm ya, vaksinatornya," katanya.
Kemudian tentu disini keberhasilan program vaksinasi ini, Dicky mengingatkan juga memerlukan peran dari masyarakat. karena tanpa peran masyarakat ini tidak akan sukses. Khususnya,dalam artian membangun literasi.
Baca juga: Pemerintah Mulai Distribusikan Tiket Vaksin Booster Kedua, untuk Siapa?
"Ketika di satu keluarga misalnya ada kelompok rawan dari sisi tadi dua aspek tadi, belum mendapat booster didorong ya, jadi peran keluarga, peran setiap masyarakat individu untuk memastikan bahwa orang disekitarnya yang rawan itu untuk segera mendapatkan vaksin menjadi sangat penting," ujarnya.