“Seperti menyiapkan pelatihan, simulasi, gladi, apel kesiapsiagaan, karena sekarang paradigma baru penyelenggaraan penanggulangan bencana masyarakat sebagai pelaku aktif, cuma sekarang agak terhambat karena virtual ada keterbatasan,” terangnya.
Dalam Program Jakarta Siaga 112 seperti Program Emergency di Amerika Serikat 911 dimana dalam sehari masuk 1000-3000 telepon. Yang menjadi target BPBD Jakarta saat ini adalah menambah peralatan untuk menunjang Tim Reaksi Cepat dengan 500 perahu dan 70 tenda.
“Masyarakat diharapkan aktif melalui keluarga tangguh bencana, lalu di perkantoran ada captain floor untuk memimpin jalur evakuasi,” jelasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat Dani Ramdan mengungkapkan strategi untuk menangani bencana berulang adalah dengan mitigasi.
“Contohnya dengan membuat konstruksi pembangunan tanggul, sosialisasi, edukasi masyarakat,” cetusnya. Saat ini sudah ada Desa Tanggap Bencana agar masyarakat berperan aktif dari mitigasi hingga tanggap bencana.
Selanjutnya Dani mengusulkan agar dimasukkan dalam draft revisi Undang-Undang tersebut dana untuk bencana dapat dicairkan sejak siaga darurat bukan tanggap darurat.
“Karena jika menunggu status tanggap darurat, butuh SK penetapan kepala daerah dan proses administrasi lain yang cukup lama memakan waktu dan akibatnya korban sudah bergelimpangan,” pungkasnya. (*)