LaNyalla dilahirkan dari keluarga Bugis. Kakeknya, Haji Mattalitti, adalah saudagar Bugis-Makassar terkenal di Surabaya. Bapaknya, H. Mahmud Mattalitti, adalah dosen fakultas Hukum Universitas Airlangga. Pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan Fakultas Hukum di kampus negeri tersebut. Namun, LaNyalla tidak pernah menggunakan nama besar keluarganya dalam hidupnya.
Menginjak dewasa, LaNyalla memilih tinggal di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik. Di kompleks makam Wali itu, dia menghimpun banyak warga kurang mampu. Sebagian di antaranya malah sekelompok orang yang sering dicap sebagai preman oleh masyarakat. LaNyalla mengajak mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hasilnya LaNyalla memiliki ribuan pengikut yang setia hingga kini.
“Kalau Anda melihat saya seperti sekarang, itu karena tekad saya bulat. Kerja sungguh-sungguh, tetapi tetap tawakal kepada Allah,” kata pengusaha konstruksi ini.
Awal Menjadi Pengusaha
Titik awal menjadi pengusaha adalah saat LaNyalla nekat membuat pameran dagang dengan nama Kreatifitas Anak Muda Indonesia (KAMI) pada tahun 1989 di Surabaya. Pameran yang disponsori PT Maspion itu ternyata membuat bangkrut LaNyalla. Karena tidak sukses. LaNyalla pun lantas terlilit hutang. Kerugian itu begitu memukul. Bahkan, pemilik perusahaan konstruksi dengan bendera PT Airlanggatama Nusantarasakti ini sempat berfikir untuk “lempar handuk” dari dunia usaha.
Tetapi mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim ini memutuskan kembali bangkit. Dia kembali melobi PT Maspion untuk menjadi sponsor pameran berikutnya. Pameran dengan nama brand yang baru: Surabaya Expo. Pameran itu pun akhirnya bisa dihelat. Hasilnya; Sukses!
Kegiatan yang berlangsung sejak tahun 1990 itu berkibar dan menjadi agenda tahunan di Kota Surabaya hingga 2001. Dari jalan inilah LaNyalla dikenal oleh kalangan pengusaha dan pemerintahan. Sayap bisnisnya pun pelan tapi pasti dikepakkan dengan percaya diri.
“Dari kisah hidup itu, saya belajar tentang arti kerja keras dan berani menjawab tantangan. Namun sekali lagi, harus tetap rendah hati dan tawakal. Kalau saat itu saya lempar handuk, saya tidak akan seperti sekarang,” katanya.
LaNyalla mengatakan, dirinya juga memetik hikmah dari keikhlasannya menerima segala ujian. Termasuk saat bangkrut di awal karir. “Niat saya berbisnis itu tulus. Ingin membuka lapangan pekerjaan. Mengajak bekerja orang-orang yang mungkin belum mendapatkan kesempatan. Karena itu saya putuskan saya harus fight. Tidak boleh loyo. Karena usaha ini bukan hanya untuk kepentingan saya pribadi. Tapi juga amanah besar untuk kehidupan orang lain,” tuturnya.
Kini, selain fokus sebagai pengusaha dan ketua umum KADIN Jatim, LaNyalla juga mengabdikan dirinya untuk sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan dan profesi. Hingga kini, dia menjabat sebagai ketua MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur.
Pernah pula dipercaya sebagai Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gepeknas) Jawa Timur. Juga pernah aktif di KONI Jawa Timur. LaNyalla juga terlibat di berbagai yayasan sosial-keagamaan. Bahkan ia mendirikan sendiri Yayasan LaNyalla Academia, yang aktif bergerak di wilayah sosial-keagamaan dan olahraga.
LaNyalla dan Pemuda Pancasila
Mewarnai adalah salah satu ciri LaNyalla. Itulah yang terjadi ketika sosok LaNyalla yang juga pengusaha dipercaya memimpin Pemuda Pancasila Jawa Timur. Ormas yang dulunya dikenal tempat berkumpulnya pemuda urakan dan preman, disulap oleh La Nyalla menjadi tempat berkumpulnya para pemuda Pancasilais yang berjiwa entrepreneur.
Semua ketua Pemuda Pancasila di tingkat Kota dan Kabupaten di Jatim didorong untuk mendirikan badan usaha. Apakah itu di bidang jasa, pengadaan atau lainnya. Yang berminat di bidang konstruksi, didorong untuk terlibat aktif di organisasi profesi. Termasuk mendorong anggota dan kadernya untuk bergabung di DPC Gepeknas di tingkat Kota dan Kabuapten.