TRIBUNNEWS.COM - Teknologi telekomunikasi kini berkembang cepat. Di tahun 1990-an, teknologi telepon selular baru menyediakan layanan 2G dengan layanan voice dan SMS. Kemudian layanan itu melompat ke 3G kemudian 4G dan kini mulai diperkenalkan layanan 5G.
Perubahan teknologi telekomunikasi saat ini membuat vendor handset ikut mengembangkan perangkat yang ada menjadi 4G atau 5G demi mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang sangat bergantung pada layanan multimedia dan Over The Top (OTT).
Perkembangan teknologi ini tak semata-mata hanya di vendor handset.
Vendor perangkat IoT (Internet of Things) dan mesin EDC (Electronic Data Capture) juga dituntut untuk melakukan evolusi teknologinya, dari 3G menjadi 4G atau 5G.
Menurut Agung Harsoyo, Dosen Sekolah Teknik Elektronika dan Informasi (STEI) ITB, adopsi teknologi baru seperti 4G dan 5G untuk perangkat IoT dan EDC juga merupakan suatu keniscayaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang.
Baca juga: Cloudera: Adopsi 5G Akan Perkuat Posisi Operator Seluler Sebagai Agregator Data
Seiring dengan perkembangan teknologi dan adopsi digital masyarakat semakin tinggi, membuat era cashless society semakin populer dan diminati oleh masyarakat, karena memberikan pengalaman bertransaksi menjadi lebih efisien, praktis, cepat, aman, dan mudah.
Baca juga: Bikin Instagram Reels Ala Boy William Yuk, Sekalian Jajal Performa Galaxy Z Flip3 5G
Karenanya, jika dulu teknologi 2G dan 3G pada mesin EDC konvensional sudah cukup, itu karena lalu lintas datanya sangat kecil.
Namun kini dengan semakin tingginya adopsi cashless di masyarakat, para penyelenggara transaksi elektronik perlu mengupgrade EDC konvensional menjadi EDC berbasis Android yang sudah terkoneksi jaringan 4G untuk mengingkatkan pengalaman masyarakat dalam melakukan transaksi non tunai atau elektronik.
Baca juga: Perusahaan Telekomunikasi Indonesia Menangi Tender Penyelenggaraan Seluler di Timor Leste
Menurut Agung banyak manfaat yang akan didapatkan masyarakat dan merchant jika alat IoT dan EDC yang mereka gunakan selama ini ditingkatkan ke EDC yang terkoneksi jaringan 4G, seperti EDC berbais Android, di mana keunggulan EDC berbasis Android dibandingkan EDC konvensional adalah adanya integrasi layanan seperti Point of Sales (POS) System, aplikasi merchant, platform promosi dan loyalty serta adanya fitur Over the Air (OTA) yang mempermudah merchant dalam melakukan aktivitas update software.
Selain itu, EDC berbasis Android dapat menerima lebih banyak alternatif pembayaran elektronik seperti QRIS dan nirsentuh, yang semuanya didukung dengan koneksi 4G yang semakin mempercepat proses transaksi dengan laporan data secara real time.
Dengan di-upgradenya EDC konvensional menjadi EDC Android, selain akan mempercepat transaksi atau pemrosesan data, dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan aset, menciptakan bisnis proses yang lebih efektif, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan akan semakin menambah keamanan.
"Saya meyakini para penyelenggara transaksi elektronik yang memakai EDC 3G sudah mendapatkan banyak sekali manfaatnya. Dengan mereka mengupgrade teknologi IoT dan EDC menggunakan teknologi 4G, maka mereka dapat mengoptimalkan dan meningkatkan praktik perbankan ke tingkat kualitas yang lebih tinggi, tidak hanya melalui peningkatan proses perbankan, tapi juga dalam inovasi produk dan layanan serta keamanan transaksi yang diberikan akan semakin tinggi.
Masyarakat yang mendapatkan pengalaman bertransaksi yang aman, mudah, cepat, dan terjamin akan berpotensi memperbesar jumlah transaksinya, sehingga upgrade EDC ke teknologi 4G ini akan berpotensi meningkatkan pendapatan penyelenggara transkasi elektronik di Indonesia," pungkas Agung.