TRIBUNNEWS.COM - Bukayo Saka menjadi satu di antara pemain Inggris yang mendapat serangan rasialis seusai gagal menendang penalti saat final EURO 2020 melawan Italia.
Perlakuan itu datang dari penggemar Inggris yang kecewa timnasnya kalah dalam babak adu penalti.
Selain Saka, Marcus Rashford dan Jadon Sancho juga mengalami aksi yang sama.
Namun, Saka yang masih berusia 19 tahun itu mendapat dukungan moril dari rekan-rekannya di timnas Inggris setelah mengalami mimpi buruk dalam final EURO 2020 kontra timnas Italia.
Baca juga: Biarkan Anak Kemarin Sore Ambil Penalti, Sterling dan Grealish Disemprot Legenda Man United
Skor imbang 1-1 selama 120 menit memaksa Inggris dan Italia untuk memainkan adu penalti pada laga puncak EURO 2020 di Stadion Wembley, Minggu (11/7/2021).
Babak adu tos-tosan pun berakhir derita buat The Three Lions dengan kekalahan 2-3.
Harry Kane dan Harry Maguire menjalankan tugasnya dengan baik sebagai dua algojo pertama Inggris.
Inggris kemudian gagal menuai skor dari tiga penendang berikutnya secara berturut-turut (Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka).
Baca juga: Amarah Hooligan Inggris Serang Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, Polisi Turun Tangan
Kegagalan tersebut menjadikan Saka sebagai objek pelecehan rasialis via media sosial.
Sebagai rekan, pemain Inggris pun tak tinggal diam.
Menurut laporan Daily Mail, beberapa pemain Inggris menghibur Saka dalam sesi makan malam tim yang berlangsung sehari setelah partai final.
Mereka sadar betul bahwa sang sahabat membutuhkan dorongan semangat dalam kondisi sulit seperti ini.
Baca juga: Rayakan Juara EURO 2020, Bek Italia Viral Karena Merokok di Ruang Ganti, Netizen Beri Komentar Kocak
Pemilihan Saka sebagai penendang penalti menimbulkan gelombang kritik terhadap Gareth Southgate selaku pelatih Inggris.
Publik mempertanyakan keputusan sang nakhoda yang memberikan tanggung jawab besar kepada 'bocah ingusan' seperti Saka untuk menjadi algojo kelima.