Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aji Bramastra
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Mata Siti Zahro (62) berkaca-kaca ketika ia sudah berada di dalam ambulans milik Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Madinah, Senin (27/6/2022).
Ambulans itu sudah akan berangkat mengantar Zahro menuju ke Mekkah, kota suci tempat ibadah haji berlangsung.
Suara sirine mulai meraung.
Di sela suara sirine itu, bisikan pelan terdengar dari Zahro, menjawab pertanyaan wartawan Tribunnews, apa doa yang yang ia panjatkan.
"Berdoa ke Allah, supaya bisa tetap kuat untuk berhaji," kata Zahro, lirih.
Zahro mengalami kemalangan ketika berhaji tahun ini.
Baca juga: 32 Tahun Waktu Antre untuk Pergi Haji Jika Calon Haji Baru Daftar Sekarang, Begini Kata Ridwan Kamil
Nenek asal Lampung itu ditemukan tak sadarkan diri di kompleks Masjid Nabawi, Minggu (19/6/2022).
Nafasnya berhenti, hingga ia dilarikan ke RS Al Madinah.
Kondisinya memang sudah dalam status mengkhawatirkan.
Ia sampai harus dirujuk ke RS King Fahd, untuk menjalani proses pemasangan ring jantung.
Tak pernah ada dalam bayangan Zahro, bahwa ia harus pasang ring jantung ketika berada di Tanah Suci.
Zahro menjadi satu dari 6 pasien yang dirawat tim KKIH Madinah.
Baca juga: Cegah Dehidrasi, Jemaah Haji Diminta Perhatikan Warna Urine
Kondisinya paling mengkhawatirkan.
Tim KKHI menyebut, fungsi jantung Zahro praktis tersisa 35 persen.
Tapi, semangat Zahro untuk berhaji, tetap menyala di tengah ketidakberdayaannya.
Dokter Rifky Mubarok, dokter di KKHI Madinah yang merawat nenek Zahro, yang menceritakan akan hal itu.
"Sempat cerita ke saya, sudah menunggu lama berhaji. Semangatnya untuk sembuh dan melanjutkan haji sungguh besar," kata Rifky, yang di Indonesia bertugas sebagai dokter di RSUD Banten ini.
Menurut Rifky, dengan kondisinya itu, Zahro masih menolak dibadalhajikan, alias diwakilkan untuk menunaikan rukun haji.
Baca juga: Momen Haru Hari Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah, Bersyukur Bisa Panjatkan Doa di Raudhah
Tim KKHI pun mengeluarkan rekomendasi agar Zahro masuk dalam keompok safari wukuf, atau berwukuf di dalam ambulans atau kendaraan.
"Amiin, amiin, doakan saya sempat berhaji," kata Zahro menjawab doa Tribunnews.com, sebelum pintu ambulans ditutup.
Zahro masih sempat mengangkat tangan sebelum pintu ambulans ditutup.
Lambaian tangan, tanda sampai jumpa dari Zahro di dalam ambulans, menjadi tanda terimakasihnya untuk tim dokter KKHI Madinah yang telah merawatnya di Madinah.
Tergeletak di Masjid Nabawi
Siti Zahro ditemukan tak sadarkan diri di kompleks Masjid Nabawi,
Ia pingsan, saat akan pergi menunaikan salat Asar di Masjid Nabawi melalui pintu 13.
Pasien kemudian dibawa ke Emergency Medical Team (EMT) Nabawi dan dibawa ke klinik Al Safiah.
Dalam perjalanan menuju klinik, Zahro diduga mengalami henti jantung.
Dokter Fajriani Damhuri, dokter kloter JKG 011, Zahro memiliki riwayat hipertensi dan tidak minum obat.
Ia tetap memaksakan diri berangkat ke masjid Nabawi sejak jam tiga pagi sampai sore tanpa istirahat.
Peristiwa ini pun menjadi pengingat, agar jamaah calon haji Indonesia diingatkan untuk bijak menjaga kondisi fisik dengan meminimalisir kegiatan ibadah sunnah.
Hal ini demi rukun dan wajib haji tetap terlaksana, mengingat inti dari kegiatan haji masih lama berlangsung.
"Dalam beberapa hari ini sebelum pelaksanaan armuzna, jamaah kita diminta meminimalisir aktivitas-aktivitas yang lain misalnya umroh. Artinya mereka untuk menghemat energi dan tenaga sehingga pada puncaknya nanti wukuf dalam kondisi sehat," ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Arsyad Hidayat, kepada tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja (Daker) Bandara di Jeddah, Senin (27/6/2022).
Menurut Arsyad, jemaah-jemaah yang terlalu bersemangat memburu pahala sunnah di Tanah Suci, dikhawatirkan malah tak bisa melaksanakan inti haji yakni wukuf pada waktunya nanti.
"Ibadah haji itu ya Arafah. Jangan nanti sunnahnya didahulukan, yang menjadi wajib itu karena kondisinya lemah tidak bisa melakukan wajib dan rukun haji. Ini kan rugi sekali," kata Arsyad.
Terpisah, dari data Kepala KKHI Madinah, dr Enny Nuryanti, serangan jantung menjadi penyebab terbesar jemaah haji meninggal dunia di Tanah Suci.
Sebanyak 9 jemaah haji Indonesia meninggal dunia tahun ini, dengan 7 di antaranya, meninggal karena serangan jantung.