Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Ponsel yang terlalu panas dan trotoar terasa seperti penggorengan, namun bagi Abdul al-Assad, panas gurun yang sangat terik di tanah suci adalah bagian dari ibadah Haji di Arab Saudi pada musim panas ini.
Bahkan dengan suhu yang mencapai 46 derajat Celcius, Agen real estate Inggris berusia 48 tahun itu mengatakan bahwa kesulitan itu menambah pengalamannya.
Baca juga: 1.470 Bus Mengangkut Jemaah Haji Indonesia dari Makkah Menuju Arafah
"Jika mudah, itu akan terlalu mudah. Tujuannya adalah agar anda melakukannya seperti yang dilakukan Nabi (Muhammad SAW), jadi pelajaran dengan cara menghargai apa yang anda miliki," kata Assad di Makkah.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (27/6/2023), wajahnya pun tampak memerah karena sengatan terik matahari.
Pemanasan global telah membuat iklim gurun Saudi semakin panas dalam beberapa tahun terakhir, mungkin melebihi suhu pada zaman Nabi Muhammad SAW sekitar 1.400 tahun yang lalu.
Baca juga: Tiba di Saudi, Ganjar Pranowo Memulai Rangkaian Ibadah Haji
"Suhu musim panas rata-rata di kerajaan kaya minyak itu telah meningkat 2,5 derajat Celcius dalam empat dekade terakhir karena perubahan iklim," kata seorang Sarjana non-residen di Middle East Institute di Washington, Amerika Serilat (AS), Karim Elgendy.
Menurutnya, suhu musim panas maksimum 50 derajat bisa menjadi kejadian tahunan pada akhir abad ini.
"Kelembaban juga diperkirakan akan meningkat, membuat kondisi luar ruangan di masa depan sangat sulit untuk dikurangi," jelas Elgendy.
Di luar Masjidil Haram di Makkah, air disemprotkan dari tiang-tiang panjang agar jamaah tetap merasa sejuk.
Beberapa meter jauhnya, peziarah berjubah putih berdiri di atas lantai marmer yang sejuk di pintu masuk hotel dan pusat perbelanjaan yang teduh sambil menunggu waktu salat berikutnya.
Baca juga: Panduan untuk Jemaah Haji Agar Aman dan Tetap Sehat Saat Suhu Panas Ekstrem di Tanah Suci
"Lebih dari 32.000 petugas kesehatan siap membantu siapapun yang terkena sengatan panas atau penyakit lain," kata pihak berwenang, sementara botol-botol air dibagikan secara gratis.
Banyak jemaah yang tampak memegang payung untuk melindungi diri dari sinar matahari.
Sedangkan yang lainnya membawa kain yang terlipat dan diletakkan di atas kepala.