Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan di Mesir meluas sebagai buntut dari tewasnya 74 orang dalam bentrokan antarsuporter yang terjadi pada pertandingan sepakbola di stadion Port Said, Rabu (1/2/2012), kemarin.
Berdasarkan berita yang dilansir oleh BBC, Jumat (3/3/2012), sedikitnya dua orang tewas dan 400 lainnya terluka dalam insiden itu. Dua orang itu meregang nyawa ditembus timah panas para aparat polisi Mesir yang mencoba membubarkan kerumunan masyarakat yang marah di Kota Suez.
Seorang saksi mata mengatakan para korban ditembak saat memaksa masuk ke dalam kantor polisi Suez.
"Para pengunjuk rasa berusaha untuk masuk ke kantor polis Suez, karena itu polisi menembakkan peluru tajam," ujar saksi mata itu tanpa mau disebutkan namanya.
Unjuk Rasa Menjadi Gerakan Anti-Pemerintahan Militer
Aksi unjuk rasa yang digelar ribuan masyarakat Mesir, yang semulanya untuk memprotes tewasnya 74 orang dalam pertandingan sepakbola antara klub Al-Masry melawan al-Ahly, berubah menjadi aksi demonstrasi menentang pemerintahan sementara Mesir, yang dipimpin oleh rezim militer.
Sedikitnya ribuan orang yang marah mengepung kantor Kementerian Dalam Negeri, Mesir, dan menyerukan yel-yel anti pemerintah militer.
"Tentara kita harus memilih antara dewan militer dan kaum revolusioner,'' teriak mereka.
Polisi yang berupaya membubarkan masa, menembakkan gas air mata, sementara demonstran melawannya dengan melemparkan batu
Kantor berita Pemerintah Mesir, Mena mengutip seorang pejabat kementerian kesehatan mengatakan 388 pengunjuk rasa terluka dalam insiden itu. Kebanyakan dari mereka menderita sesak nafas karena menghirup gas air mata serta memar dan patah tulang.
Pendukung klub sepak bola Al-Ahly, yang lebih dikenal sebagai "ultras", memiliki peran penting dalam menggulingkan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, dalam protes jalanan tahun lalu yang dikenal sebagai Arab Spring.
Mereka menuduh polisi sengaja membiarkan penggemar Al-Masry untuk menyerang mereka, pasca pertandingan al-Masry, melawan al-Ahly, berakhir.
"Ini seperti perang, Anda tidak dapat mempercayainya. Apa yang terjadi kemarin [Rabu] itu perang, itu bukan sepakbola untuk membunuh tanpa perasaan apapun, itu tidak normal," kata mantan pemain Al-Ahly, Hani Seddik.
Seperti diketahui, tawuran suporter sepakbola pecah di Mesir, Rabbu (1/2/2012). Kementerian Kesehatan Mesir menyebutkan sedikitnya 74 orang tewas dan ratusan luka akibat kejadian ini. Kerusuhan terjadi tepatnya di sisi utara Kota Pelabuhan Said (Port Said) di Pantai Mediterania.
Pendukung kesebelasan tuan rumah al-Masry, menyerbu masuk ke lapangan usai kemenangan bersejarah atas al-Ahly, klub papan atas Mesir. Menurut laporan VOAnews, peristiwa ini diikuti dengan lemparan batu, kembang api, dan botol-botol ke arah pendukung kesebelasan lawan.
Bahkan rekaman siaran televisi menunjukkan para suporter berlarian ke tengah lapangan mengejar para pemain al-Ahly. Aksi itu menyulut bentrokan dan penyerbuan yang kian besar.