Obama dan Romney berada dalam persaingan ketat dalam jajak pendapat.
Presiden AS Barack Obama dan pesaingnya kandidat dari Partai Republik Mitt Romney berdebat mengenai keamanan nasional, dalam debat presiden ketiga dan final.
Romney mengatakan kebijakan AS selama kepemimpinan Obama membolehkan "peningkatan kerusuhan" terjadi di wilayah Timur Tengah.
Tetapi Obama menuduh saingannya memiliki kebijakan yang tidak konsisten terhadap Irak dan Afghanistan yang dapat menyebabkan "kepemimpinan yang salah dan sembrono".
Dua orang kandidat presiden AS ini terlibat dalam perbedatan yang panas, dua pekan menjelang pemilu.
Romney menekankan jumlah warga sipil yang tewas di Suriah, Ikhwanul Muslimin yang berkuasa di Mesir, peningkatan sekutu al-Qaeda di Afrika Utara, program nuklir Iran, dan serangan terhadap konsulat AS di Libia, sebagai contoh bahwa pemerintahan Obama mengijinkan kondisi itu terjadi.
"Saya memberikan selamat kepada dia dalam mengatasi Osama bin Laden dan masalah kepemimpinan di al-Qaeda," kata mantan gubernur Massachusetts ini.
"Kami harus memiliki strategi yang komprehensif."
'Kebijakan 1980an'
Tetapi Obama menyerang balik.
Presiden mengatakan dia senang bahwa Romney mengetahui ancaman al-Qaeda.
"Gubernur, ketika menyangkut kebijakan luar negeri kami, anda tampaknya ingin kebijakan pada 1980an, sepertinya anda ingin memindahkan kebijakan sosial pada tahun 1950an dan kebijakan ekonomi pada tahun 1920an," kata presiden.
Obama mengatakan Romney mendukung invansi Irak, meski disana tidak ada senjata pemusnah massal.
Dia juga menuduh memberikan masukan untuk kelanjutan pasukan di Irak, menentang perjanjian nuklir bersama Rusia, dan tidak jelas apakah AS harus menepati batas waktu untuk meninggalkan Afghanistan.
"Yang kami butuhkan adalah menghormati Timur Tengah yang kuat, kepemimpinan yang kokoh, tidak salah dan sembrono, itu semua ada dalam peta," kata Obama. "Dan sayang sekali, bahwa opini macam itu yang anda tawaran dalam kampanye ini."
Romney pun menyerang balik, dengan menuduh Obama melakukan "tur permohonan maaf" ke Timur Tengan ketika mulai menduduki posisi presiden, yang dia sebut membuat Amerika lemah, dan mengijinkan Iran untuk mendapatkan waktu empat tahun untuk menutup bom nuklirnya.
Tetapi presiden mengatakanbahwa klaim mengenai tur untuk meminta maaf itu merupakan "kebohongan besar yang disampaikan selama masa kampanye ini" dan bersikukuh akan membela Israel dari Iran.
Sebuah jajak pendapat dari NBC pada Minggu lalu, menempatkan dua orang kandidat ini dalam persaingan yang ketat dengan masing-masing meraih 47% dukungan.
Debat pada Senin waktu setempat di Universitas Lynn dimoderatori oleh penyiar kawakan CBS News Bob Schieffer.