TRIBUNNEWS.COM - Bagi Alstonia Maharani dan Hans Sanjaya, mahasiswa Ufa State Petroleum Technological University, musim dingin di Rusia yang konon sangat ekstrem tidak pernah menggoyahkan semangat mereka.
Gadis yang akrab dipanggil Hani itu, bersama Hans adalah mahasiswa tahun kedua dan ketiga di jurusan perminyakan. Sebelumnya, selama setahun mereka mendalami Bahasa Rusia di Rostov State University untuk kemudian melanjutkan studi di Kota Ufa, yang di musim dingin suhunya bisa mencapai minus 30.
Hani dan Hans tidak sendiri di kota yang berada di bagian Timur Rusia ini, bersama mereka juga ada 4 mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di jurusan perminyakan di universitas yang sama. Yusuf Premanandi dan Rumario Moses Agustyn mahasiswa tahun kedua dan ketiga serta Rangga Permana, lulusan ITI Serpong dan Cindy Dianita lulusan teknik kimia UI, mahasiswa program master tahun pertama. Cindy ini cukup unik karena menjadi satu-satunya mahasiswi Indonesia yang mempelajari jaringan pipa minyak dan gas.
Menurut mereka, kuliah di Rusia merupakan kesempatan yang luar biasa. Tidak saja belajar mengenai perminyakan tapi juga kesempatan emas untuk mengenal negara besar seperti Rusia dengan semua potensinya.
"Kampus tidak cuma memberi semua fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan akademis tapi juga memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi Rusia dari berbagai aspek termasuk seni dan budayanya" kata Hani dan diamini oleh yang lainnya dalam kesempatan pertemuan pertama dengan Dubes Djauhari Oratmangun yang khusus mendatangi mereka di Ufa, tanggal 27-29 Desember 2012.
Kehadiran Duta Besar RI untuk Federasi Rusia bagai oase penghapus rindu mereka kepada orang tua di tanah air menjelang pergantian tahun 2013. Juga menjadi tambahan semangat untuk menghadapi ujian semester selepas libur tahun baru, pekan mendatang.
Dubes Djauhari Oratmangun yang meninjau langsung kampus Ufa State Petroleum Technological University dan Baskhir State Medical University pada tanggal 28 Desember 2012 mengatakan bahwa universitas-Universitas tersebut memiliki fasilitas yang sangat lengkap bagi mahasiswanya.
"Mahasiswa disini tidak saja dituntut untuk belajar keras tapi juga diberikan semua fasilitas pendukung yang memadai. Laboratorium lengkap, perpustakaan, aula, gedung olahraga, asrama serta kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang membuat mahasiswa betah dan tidak merasa stres dengan beban kuliahnya" ungkap Dubes Oratmangun.
Yusuf, Hans dan Moses yang kerap mengisi panggung-panggung musik di kampus dan tempat lain di Ufa, juga sangat menikmati masa-masa kuliahnya di Ufa State Petroleum Technological University.
"Betah banget, walaupun awalnya berat karena penyesuaian cuaca dan bahasa tapi sekarang kami bangga kuliah disini. Dua tahun terakhir dengan sering menampilkan musik dan nyanyi, Indonesia semakin di kenal di Ufa" ujar Hans, seperti yang tertulis dalam rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, Selasa (31/12/2012).
" Kami merasa bangga bisa ikut mempromosikan kebudayaan Indonesia di Ufa, yach selebriti kecil-kecilan deh" timpal Yusuf yang juga atlet lari 100 m di kampusnya.
Rektor Ufa State Petroleum Technological University, Airat M. Schammazov, dalam pertemuan dengan Dubes Oratmangun juga menyampaikan apresiasi terhadap mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Menurutnya, meskipun aktif di berbagai kegiatan dan organisasi kampus, bahkan kegiatan masyarakat hasil studi mereka memuaskan.
"Di kampus kami, diajarkan semua bidang terkait perminyakan mulai pengeboran, produksi, hingga transportasi. Hampir semua lulusan bekerja di perusahaan-perusahaan minyak besar di Rusia dan perusahaan minyak asing. Kampus tidak hanya memberikan teori tapi juga praktek, kami bahkan memiliki pipa pengeboran untuk memberikan gambaran nyata proses di lapangan kepada para mahasiswa" ujar sang rektor.
Pihak universitas sangat berharap di tahun-tahun mendatang akan semakin banyak mahasiswa Indonesia belajar di Ufa State Petroleum Technological University.
Selain 6 mahasiswa yang belajar perminyakan, di Ibukota Republik Bashkortostan, Federasi Rusia ini juga terdapat 2 mahasiswa kedokteran umum di Baskhir State Medical University, Sarah Edna Fadilah dan Agustian Rushel. Universitas khusus ilmu kedokteran ini baru saja merayakan Dies Natalis yang ke-80.
Dalam pertemuan dengan Dubes RI, Valentin N. Pavlov, Rektor Bashkir State Medical University menyatakan sangat puas dengan prestasi akademis dan keaktifan kedua mahasiswa Indonesia di berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Selain itu disampaikan juga harapan agar di tahun mendatang akan lebih banyak lagi mahasiswa Indonesia yang belajar kedokteran di Ufa.
"Saat ini terdapat 6 ribu mahasiswa di universitas kami termasuk mahasiswa-mahasiswa asing dari berbagai negara. Selain kedokteran umum, mahasiswa juga bisa mengambil spesialisasi penyakit anak, bedah, farmasi, serta kedokteran gigi" tambah Pavlov.
Di samping perminyakan dan kedokteran, juga ada seorang mahasiswa Indonesia yang mengambil jurusan mesin pesawat di Ufa State Aviation Technological University, yakni Suryadi.
Seperti mahasiswa-mahasiswa Indonesia lain di Rusia yang saat ini berjumlah 130 orang, mahasiswa-mahasiswa di Kota Ufa ini juga berharap agar kiranya di tahun mendatang akan semakin banyak mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Rusia. Mereka juga berharap Pemerintah Indonesia bisa memberikan perhatian yang sama dengan mahasiswa Indonesia di negara lain, antara lain dengan adanya bantuan beasiswa dari Pemerintah Indonesia.
"Saat ini di antara 9 mahasiswa Indonesia di Ufa, baru 2 orang yang menerima bantuan beasiswa unggulan dari Kemendikbud RI. Padahal semua sudah mengajukan permohonan dan mengisi aplikasi yang disyaratkan" ujar Surya yang disamping mempelajajari mesin pesawat juga menjadi atlet bulutangkis andalan kampusnya.
Meskipun begitu, Surya dan teman-temannyan Ufa tidak patah semangat, sambil terus berharap bantuan beasiswa dari pemerintah Indonesia, mereka memanfaatkan beasiswa dan fasilitas dari Pemerintah Rusia yang sudah mereka terima selama ini yakni tuition fee, asrama dan uang saku sekitar 50 US dollar per bulan untuk kebutuhan sehari-hari.
Rangga, mahasiswa program master jurusan produksi minyak mengatakan semua keterbatasan mereka jadikan sebagai tantangan dan bukan penghalang untuk terus maju dan belajar.
"Kalau melihat alumni-alumni Rusia yang saat ini sudah bekerja di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, kami yakin semua akan indah pada waktunya" ujar Rangga yang diamini teman-temannya.
Optimisme dan keyakinan memang selalu tampak dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Rusia termasuk di Kota Ufa ini. Musim dingin, bahasa, minimnya beasiswa yang diterima tidak mengurangi semangat dan kemauan keras untuk menyelesaikan kuliah pada waktunya.
Semoga tahun yang baru akan semakin membawa suasana dan harapan yang lebih cerah bagi mahasiswa Indonesia di Rusia.
C Novim Godom, Selamat Tahun Baru!
INTERNASIONAL POPULER