TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Setelah selama akhir pekan terlibat bentrok berdarah, ribuan pendukung Mohamed Morsi berbaris menuju kantor intelijen militer Mesir di Kairo, pada Minggu (28/7/2013), malam.
Selama perjalanan, mereka bernyanyi dan meneriakkan, "darah dan jiwa kami akan kami korbankan untuk Morsi."
Meskipun akhirnya mereka mengurungkan niat mereka, namun timbul kekhawatiran bentrok antara tentara Mesir dan para pendukung Morsi.
Kelompok Alinsi Islam, yang menggagas aksi protes mengatakan, jutaan pendukung Morsi akan kembali turun ke jalan di hari Selasa dan menggelar aksi protes di gedung administrasi keamanan Mesir.
Sementara itu Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton terbang ke Mesir untuk berbicara dengan rezim berkuasa mengenai pertumpahan darah yang terjadi pada akhir pekan ini, yang menewaskan lebih dari 80 orang.
Presiden Interim Mesir, Adly Mansour telah mengeluarkan peringatan keras kepada pendukung mantan Presiden Mesir yang terguling, Mohamed Morsi, untuk berhenti melanggar hukum dan membahayakan keselamatan warga Mesir, Senin (29/7/2013).
Peringatan itu dikeluarkan setelah, bentrok antara pendukung dan penentang mantan Presiden Mohamed Morsi, pecah di beberapa kota di Mesir, menewaskan sedikitnya 72 orang.
"Hentikan hasutan dan pidato kebencian terhadap warga Mesir dan lembaga-lembaga negara dan mengakhiri pelanggaran hukum yang dilakukan dan membahayakan keselamatan warga," ujar Adly setelah pertemuan Dewan Pertahanan Nasional Mesir. (skynews.com/cnn)