News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

USFDA Loloskan Obat HIV Baru, Negara Miskin Kesulitan Mengakses

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM  - Badan Pengawas Makanan dan Obat- obatan Amerika Serikat (USFDA) meloloskan obat HIV baru dolutegravir; organisasi kemanusiaan medis internasional Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas (MSF) mempertanyakan kapan penduduk di negara berkembang bisa mengakses obat baru yang menjanjikan ini.

Penelitian telah menunjukkan bahwa dolutegravir, sebuah obat dari golongan obat baru integrase  inhibitor yang ampuh, bisa ditoleransi dengan baik dan sangat efektif dalam menghentikan replikasi virus HIV, dan memiliki batas resistensi yang tinggi terhadap HIV. Mengingat manfaatnya dibandingkan obat lain di kelas yang sama dan obat-obatan lain yang digunakan secara luas saat ini, dolutegravir diperkirakan akan menjadi bagian dari terapi lini pertama di negara-negara kaya. Namun, masih belum jelas apakah penduduk dari negara berkembang akan dapat mengakses dolutegravir, mengingat indikasi awal yang kurang positif dari produsen obat tersebut, yaitu ViiV (Pfizer + GlaxoSmithKline + Shionogi), untuk memberikan akses harga yang terjangkau.
 
“Berdasarkan penelitian hingga kini, dolutegravir memiliki manfaat penting untuk digunakan di negara berkembang, namun sebagai penyedia perawatan, kekhawatiran utama kami adalah akan seperti apa harganya nanti,” demikian Dr Manica Balasegaram, Direktur Eksekutif Kampanye Akses MSF. “Sebuah obat baru yang menjanjikan hanya bisa menyelamatkan nyawa apabila harganya terjangkau, sehingga orang yang membutuhkan dapat mengaksesnya.”

Namun, posisi ViiV terkait bagaimana negara berkembang dapat mengakses dolutegravir mengkhawatirkan, sebab perusahaan tersebut mengindikasikan bahwa mereka akan memakai strategi penerapan harga bertingkat atau ‘tiered-pricing’ yang akan menjadikan obat tersebut tidak terjangkau orang yang membutuhkannya, membatasi penggunaan dan penjualan obat versi generik hanya untuk 67 negara, mengabaikan banyak negara berpendapatan rendah dan menengah di mana jutaan orang dengan HIV tinggal.

“Kami sangat mengkhawatirkan strategi bisnis ViiV yang dapat mengakibatkan harga dolutegravir di luar jangkauan negara-negara yang tidak termasuk dalam perjanjian lisensi ViiV,” kata Rohit Malpani, Direktur Kebijakan dan Analisis Kampanye Akses MSF. “Kami telah menyaksikan sebelumnya bagaimana negara-negara yang tidak termasuk perjanjian tersebut terpaksa membayar harga yang di luar kewajaran.”

ViiV harus mengambil langkah proaktif untuk memastikan agar dolutegravir tersedia dan terjangkau untuk orang yang membutuhkan, terutama melalui registrasi produk dan memperbolehkan tersedianya versi generik obat tersebut di negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Salah satu cara untuk meningkatkan akses terhadap dolutegravir yang lebih terjangkau bisa dilakukan melalui perjanjian lisensi dengan Medicines Patent Pool yang mengikutsertakan semua negara berpendapatan rendah dan menengah dan meniadakan pembatasan di mana obat tersebut bisa dimanufaktur atau dari mana sumber bahan farmasi aktif.

“Apabila harga yang dikenakan atas dolutegravir di luar jangkauan, ini merupakan tugas negara-negara untuk mengatasi batasan paten dengan menggunakan upaya perlindungan kesehatan masyarakat dan fleksibilitas peraturan perdagangan internasional, yang akan memperbolehkan versi obat yang lebih terjangkau untuk diproduksi atau diimpor,” Malpani mengatakan.

Ketersediaan obat-obatan HIV yang terjangkau terbukti penting dalam meningkatkan terapi antiretroviral yang telah menjangkau hampir sepuluh juta orang di negara berkembang. Kompetisi di antara produsen obat HIV generik, terutama di India, adalah penyebab utama turunnya harga pengobatan yang drastis hingga 99 persen selama dekade terakhir, dari lebih dari 10 dollar AS  per orang per tahun menjadi sekitar 120 dollar AS kini. Namun, paten yang menghambat produksi obat generik telah menyebabkan harga obat-obatan baru tetap tidak terjangkau, dengan harga rejimen keselamatan mencapai setidaknya $2.000 per orang, bahkan di negara-negara termiskin, atau hampir 15 kali lipat harga terapi lini pertama kini. Negara berpendapatan menengah harus membayar harga yang jauh lebih tinggi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini