News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Mesir

Pelajar Indonesia di Mesir: Sutini Waswas Sniper di Mana-mana

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bentrokan antara pendukung Mursi dan anti-Mursi terjadi di Kawasan Istana Presiden di perempatan Jalan El Kubrah dan Maraghony, Kairo, Mesir, Rabu (5/12/2012) malam waktu setempat. Ratusan orang luka-luka dan sejumlah mobil rusak terkena lemparan batu. KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

PONSEL Blackberry milik Sutini Munada (46) berdering di atas meja ruang tengah rumahnya. Sutini bergegas mengambil ponsel pintarnya itu dan membaca pesan BlackBerry Messenger (BBM) yang diterimanya.

Layar ponsel pintarnya itu menampilkan pesan dari anaknya, Wardah Arroyan (17), yang tengah berada di Mesir. Pesannya itu berisi bahwa Wardah dalam keadaan sehat, tetapi belum bisa keluar dari tempat tinggalnya dengan bebas.

Maklum, Wardah dan adiknya, Hamzah Syahid Syuhada (16), tinggal di Nasr City, sebuah distrik di Kairo, Mesir, yang tengah diselimuti gejolak protes berdarah antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan pemerintah Mesir dengan militernya.

Wardah bahkan mengirimkan foto terbarunya. Dalam fotonya, Wardah terlihat tersenyum di pinggir jalanan sepi dengan latar belakang rumah susun yang ditinggalinya bersama adik dan teman-temannya.

Wardah dan Hamzah berangkat ke Mesir pada 15 Agustus 2013. Menurut Sutini, keberangkatan mereka telah direncanakan sejak awal 2013, sebelum gejolak di Mesir yang menewaskan ratusan jiwa itu terjadi.

"Tapi mereka tetap bersemangat untuk bersekolah di Mesir, tidak bisa dicegah atau ditahan. Kami pun merelakan kepergian mereka ke Mesir untuk menuntut ilmu. Alhamdulillah, mereka dalam keadaan sehat dan selamat," tutur Sutini saat ditemui di rumahnya di Jalan Gordah, Kelurahan Jayawaras, Kecamatan Tarogongkidul, Kabupaten Garut, Jumat (23/8/2013).

Menurut Sutini, Wardah sebelumnya siswi kelas tiga SMAN 1 Garut dan Hamzah siswa kelas dua SMAN 6 Garut. Anak ke-3 dan ke-4 dari enam bersaudara ini melanjutkan sekolah di Sekolah Indonesia Cairo. Mereka bersekolah di sana untuk memperlancar bahasa Arab sebelum kuliah di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.

"Mereka belum bisa bebas jalan-jalan karena masih belum aman. Demonstrasi masih terjadi, kericuhan masih di sana-sini, helikopter masih berseliweran. Toko-toko juga masih tutup dan, kalau buka, harga barangnya pasti sangat mahal," kata Sutini menirukan kabar dari anaknya.

Bahkan, kata Sutini, dia sempat kesulitan berkomunikasi dengan kedua anaknya itu. Mereka pun hanya berkomunikasi lewat BBM dan jejaring sosial Facebook. Sutini baru merasa tenang jika anak-anaknya itu mengirimkan pesan kepadanya.

"Sudah saya bilang, biar sekolah di Indonesia saja. Tapi mereka tetap keukeuh. Mereka tetap ingin sekolah di Mesir. Saya tidak bisa apa-apa, cuma bisa mendukung dan berdoa supaya mereka selamat," tuturnya.

Wardah tinggal di Nasr City bersama teman-teman dari pesantrennya. Dalam kompleks gedung yang sama, Hamzah tinggal di flat milik warga negara Indonesia yang sedang pulang ke Indonesia. Menurut Sutini, mereka baru akan pulang ke Indonesia jika ada evakuasi.

"Sniper ada di mana-mana, kata anak saya. Masih terjadi banyak pembunuhan. Mereka masih bahaya kalau keluar rumah, apalagi mengikuti arus pendemo. Ke sekolah juga harus berhati-hati dan jauh-jauh dari pendemo," katanya.

Foto-foto yang dikirim anaknya langsung disimpan di notebook-nya. Sutini kembali mengirim BBM kepada kedua anaknya, berupa doa dan nasihat supaya mereka dapat menuntut ilmu dengan tenang dan mendapat hasil terbaik. M Syarif Abdussalam/Tribun Jabar

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini