Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Upaya bunuh diri memang sangat tinggi di Jepang tak heran mencapai sekitar 100 orang meninggal sehari di Jepang. Bagaimana cara bunuh diri di Jepang? banyak sekali caranya dan popularitas bunuh diri pun beraneka ragam.
Popularitas kedua untuk bunuh diri di Jepang dengan cara loncat dari ketinggian. Biasanya kalau orang tersebut tak mau menyusahkan orang lain, maka dia akan meloncat dari tebing tinggi di pinggir pantai, di tempat umum. Tapi yang namanya perasaan mau bunuh diri sudah tinggi, tak lagi pikirkan siapa-siapa, tidak sedikit yang bunuh diri dari gedung yang tinggi tempat tinggalnya sendiri.
Akibatnya besar sekali di Jepang. Gedung tersebut menjadi tidak laku, sulit mendapat orang yang mau sewa tinggal di gedung apartemen atau mansion tersebut karena sudah ada kejadian bunuh diri di sana. Citranya menjadi kurang baik dan ditakutkan muncul setan bergentayangan yang akan membingungkan atau menakutkan banyak penghuni di sana. Itulah sebabnya, kalau masih sadar, tak mau menyulitkan orang lain, biasanya bunuh diri pindah ke tebing tinggi pinggiran pantai atau tempat masyarakat umum datang ke sana.
Bagaimana dengan cara bunuh diri ketiga yang popular di Jepang? Ini yang bikin pusing banyak orang Jepang karena terkenal sekali di masa lalu bunuh diri dengan loncat ke rel kereta api, sehingga langsung mati dihajar kereta api yang melaju dengan kecepatan tinggi dan sudah pasti tidak bisa berhenti mendadak kereta api tersebut.
Kini dengan peraturan baru, apabila seseorang loncat ke rel kereta api, diterjang kereta api, dan meninggal, lalu membuat jalur kereta api terhenti agak lama, maka keluarga dari orang yang bunuh diri akan dicari tahu lebih lanjut.
Mengapa? Karena keluarga dari orang yang bunuh diri loncat ke jalur kereta api akan kena denda. Orang yang bunuh diri dianggap menyusahkan banyak sekali pengguna kereta api (meiwaku) sehingga perusahaan kereta api pun akan ikut merugi, bahkan akan menerima tuntutan dari pengguna kereta api umum sejumlah uang.
Maka keluarga yang bunuh diri pun harus mengganti kerugian uang tertentu kepada perusahaan kereta api. Berapa jumlahnya, hal ini tidak ada kepastian karena tergantung kasus yang bersangkutan dan tuntutan dari masyarakat yang ada pula. Semua akan dikoordinasikan satu sama lain. Tetapi dalam hukum dan atau peraturan yang ada di Jepang saat ini, keluarga yang bunuh diri harus mengganti cukup besar sampai jutaan yen. Benar-benar menyulitkan keluarga yang bunuh diri. Itulah sebabnya kini jumlah orang bunuh diri di jalur kereta api sangat berkurang drastis.
Menyusul cara bunuh diri terkenal keempat di Jepang yaitu dengan cara meminum obat beracun yang dianggap sangat cepat membunuh kita, seperti tidur saja tetapi tidak bangun kembali. Termasuk meminum obat-obat penenang dalam jumlah banyak sekali sehingga bukan hanya menjadi tenang tetapi nyawa kita pun hilang jadinya.
Cara bunuh diri ini memang terkenal tetapi membeli obat-obatan berbahaya tersebut sangat dibatasi di Jepang bahkan menggunakan resep dokter sehingga agak menyulitkan. Kecuali membeli di pasar gelap dan hal itu perlu keluar uang cukup besar.
Obat-obatan atau racun pun bisa dipakai bentuk lain tetapi yang akan menyakitkan perut terlebih dulu sebelum nyawa kita hilang untuk bunuh diri.
Mau meninggal pun harus banyak ke luar uang biasanya sulit dilakukan. Terutama saat ini yang peraturan semakin ketat sehingga sangat sulit sekali mendapatkan obat penenang. Akibatnya pengguna obat penenang untuk bunuh diri atau penggunaan obat untuk bunuh diri tidak sebanyak di masa lampau karena peraturan semakin menyulitkan orang yang mau bunuh diri menggunakan obat atau racun.